Huawei Kucurkan Rp 175 Triliun Buat Riset
Hide Ads

Laporan dari Beijing

Huawei Kucurkan Rp 175 Triliun Buat Riset

Jabbar Ramdhani - detikInet
Kamis, 05 Jul 2018 17:00 WIB
Area kantor pusat Huawei di Beijing. Foto: Jabbar Ramdhani/detikINET
Beijing - Huawei punya fokus serius memasarkan produk ponselnya di kawasan Asia Pasifik. Perkembangan teknologi dan tren diriset secara serius sebelum merilis produk yang dapat diterima pasar.

Perusahaan asal China ini mengklaim, pada 2017 mengucurkan dana sebesar 10,4 miliar euro (sekitar Rp 175 triliun) untuk riset dan pengembangan (research and development atau R&D). Dana sebanyak itu menempatkan Huawei di peringkat 6 dunia untuk urusan R&D.

Vice President Handset Business Huawei, Fang Fei, mengatakan investasi sebanyak itu juga disebut mengalahkan investasi Apple. Hal ini diungkapkannya dalam acara APAC Media China Trip 2018.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Kami investasikan 10,4 miliar euro di 2017, ini mengalahkan Apple. Saya percaya di masa depan kami akan memiliki terobosan di telekomunikasi," kata Fang Fei dalam pemaparan di Huawei Exhibition Hall, Beijing, Selasa (3/7/2018).

Besarnya investasi diharapkan menghasilkan inovasi di bidang teknologi yang kemudian dipatenkan. Fang Fei mengatakan, pada 2017 ada lebih dari 2.000 paten yang diajukan ke Uni Eropa.

"Kami juga kerja keras di paten. Kami nomor 1 soal paten di seluruh dunia. Ada 2.398 paten di 2017. Ada 74 ribu item di paten itu," ucapnya.

Huawei Kucurkan Rp 175 Triliun Demi Riset Foto: Jabbar Ramdhani/detikINET


Soal 74 ribu item yang dipatenkan, disebutkan Fang Fei jumlah itu merupakan akumulasi dari seluruh item di grup Huawei.

Dikatakannya, saat ini Huawei punya 14 R&D dan 36 Joint Innovation Center di seluruh dunia, di mana salah satunya berada di Beijing.

"Di Beijing banyak lab kelas dunia, di mana prosesnya sangat kompleks. Kemampuan riset dibangun di atas industri yang kuat," ujar dia.



Saat ditanya rencana membangun pusat R&D di Indonesia, Fang Fei mengatakan kemungkinan itu tentunya ada.

"Kami mungkin saja nanti mendirikan R&D di Indonesia. Tapi semua tergantung bos," candanya. (rns/rns)