Hal tersebut tergambar jelas dalam museum Alibaba yang berada di kampus utamanya di daerah Hangzhou, China. DetikINET dan sejumlah media dari Indonesia dijelaskan awal mula Jack Ma beserta 17 orang temannya merintis Alibaba pada 1999 silam hingga mereguk kesuksesan sekarang ini.
Sayangnya, kami tidak diperbolehkan memotret di dalamnya. Tapi di sana dipaparkan begitu gamblang pencapaian-pencapaian Alibaba dari awal hingga terakhir yang mereka dapatkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Inilah rekor baru festival single day lalu (November 2017). Tertinggi dari sebelumnya, bahkan mengalahkan Black Friday di Amerika Serikat," kata sang pemandu sembari menunjuk pada infografik.
Dalam waktu 30 menit mengitari semua sudut museum, kita bisa membayangkan begitu besarnya bisnis Alibaba Group saat ini. Mereka masih menjalankan toko online, mulai segmen business to business (B2B), business to customer (B2C), customer to customer (C2C).
Alibaba Group pun punya lini bisnis yang mendukung industri digital, seperti Alicloud, layanan logistik Cainiao, digital marketing Alimama, layanan finansial Alipay dan fasilitas kredit UKM dari Ant Financial.
Baca juga: Perjalanan si Miskin Jadi Orang Terkaya Asia |
Tidak sampai di situ saja, mereka pun punya layanan digital, seperti aplikasi UC Browser, layanan streaming video Youku dan layanan pesan instan DingTalk. "Kami pun membuat film lewat Alibaba Pictures," jelas sang pemandu.
Usai mengunjungi museum kami diajak mengitari seluruh kampus yang dibuka pada Agustus 2013 itu. Kampus Alibaba ini punya luas 260 ribu meter persegi. Ada delapan gedung yang dibangun dengan berdindingkan kaca.
Menurut informasi, ada 20 ribu karyawan yang bekerja di markas utama Alibaba ini. Berbagai macam fasilitas lengkap ada di dalamnya untuk memanjakan mereka.
(afr/fyk)