Meski mungkin tidak secanggih atau semeriah Facebook, fitur-fitur di Friendster menghadirkan kenangan tersendiri. Mulai dari who's viewed me untuk melihat siapa yang kepo, mengotak-atik background, sampai fitur testimoni dari teman-teman yang dipajang di halaman profil.
Friendster didirikan oleh programmer komputer Jonathan Abrams pada tahun 2002. Sebelum ditiru oleh MySpace (2003), Facebook (2004), dan lainnya. Statusnya saat itu cukup mentereng, yakni sebagai salah satu situs jejaring sosial pertama untuk mencapai lebih dari 1 juta anggota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FotoINET: Nama Tenar di Jagat Teknologi yang Kemudian Menggelepar
Friendster terus berupaya mengembangkan sayapnya lebih lebar lagi. Salah satu caranya dengan membajak petinggi Google Richard Kimber, yang kala itu menjabat sebagai Managing Director of Sales and Operations for South East Asia di Google sebagai CEO Friendster.
Sayangnya usaha ini tak jua menemui hasil, Sampai akhirnya Friendster dibeli oleh perusahaan Malaysia. Itu pun tetap belum bisa mengembalikan kejayaanya.
Friendster bertransformasi dari jejaring sosial menjadi social gaming. Berbasis di Malaysia, Friendster ingin kembali menjajal peruntungannya dengan menjadi situs jejaring sosial game online.
Itupun kemudian tidak begitu laku sehingga harus tutup juga pada awal tahun lalu. Sebelum kemudian mendadak muncul lagi dengan nama Friendster.id yang kabarnya berbasis di Indonesia, namun tetap tak bergaung sampai sekarang.
Sinar Friendster memang terus meredup sejak kemunculan Facebook. Kejayaannya kini harus masuk ke dalam kotak di bingkai kenangan. (rns/fyk)