Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Mengapa Uber Rugi Sampai Belasan Triliun?

Mengapa Uber Rugi Sampai Belasan Triliun?


Fino Yurio Kristo - detikInet

Foto: GettyImages
Jakarta - Uber kabarnya membukukan kerugian sangat besar di paruh pertama 2016, yaitu USD 1,27 miliar atau di kisaran Rp 16,8 triliun. Mengapa layanan ride sharing asal Amerika Serikat itu 'membakar' uang begitu banyaknya?

Sebagai perbandingan, kerugian terbesar yang dialami retail online terbesar di dunia, Amazon, adalah sebesar USD 1,4 miliar. Kerugian di tahun 2000-an itu membuat CEO Amazon, Jeff Bezos memecat sampai 15% karyawan.

"Uber kehilangan uang lebih cepat dari perusahaan teknologi lain dan ini disebabkan terutama karena komponen penting dalam operasi perusahaan itu, yakni para pengemudinya," sebut Michael Nunez, kolumnis media teknologi, Gizmodo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uber memang menerapkan prinsip yang dianut banyak startup, yaitu tumbuh cepat terlebih dulu, baru mencari uang. Maka tarif agresif pun diterapkan untuk menarik pelanggan. Namun tetap dianggap kurang sehat jika mereka terlalu banyak mengeluarkan subsidi bagi pengemudi.

Sebuah bocoran dokumen menyebutkan bahwa di paruh pertama 2015, Uber membayarkan USD 2,72 miliar pada pengemudinya. Sebagai perbandingan di periode yang sama, mereka hanya menghabiskan USD 72 juta untuk promosi.

Uber tentu sadar akan hal ini. Belakangan, perusahaan yang dipimpin CEO Travis Kalanick itu mulai mengambil persentase lebih besar dari pendapatan pengemudi.

Kerugian besar sepertinya tidak hanya dialami oleh Uber. Bisa dibilang, hampir semua layanan ride sharing saat ini masih dalam tahap 'bakar' duit untuk memperluas pasarnya, belum sama sekali menghasilkan laba.

(fyk/fyk)







Hide Ads