Nama besar nyatanya tak membuat perusahaan elektronik seperti Sharp lepas ancaman krisis keuangan. Karena bisnisnya memburuk, sampai-sampai perusahaan asal Jepang itu meminta pegawainya untuk membeli produknya sendiri.
Mengacu dari laporan media lokal Jepang, Sharp bahkan telah menyiapkan daftar nominal seberapa banyak uang yang harus dihabiskan pegawai untuk membeli produk-produk Sharp. Besaran uang yang dikeluarkan tergantung dari tingkat jabatan karyawan.
Untuk pegawai kelas eksekutif misalnya, Sharp meminta paling tidak merogoh kocek USD 1.622 atau sekitar Rp 22 juta. Sementara untuk karyawan menengah dipatok USD 811 atau sekitar Rp 11 juta. Sedangkan karyawan kelas bawah cukup merogoh kocek USD 405 atau Rp 5,4 juta untuk belanja produk Sharp.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sharp mengatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi karyawan untuk membeli produknya. Mereka berharap agar pegawai lebih memilih membeli produknya ketimbang kompetitor. Head of Electronics Sharp Yoshisuke Hasegawa, membenarkan bahwa langkah tersebut dilakukan untuk membantu perusahaan dari kesulitan keuangan.
Dikutip detikINET dari Digital Trends, Jumat (20/11/2015), Sharp sudah dua kali mendapat dana talangan dari bank sejak tahun 2012 karena bisnisnya anjlok. Bahkan, dalam 6 bulan pertama 2015, Sharp dilaporkan mengalami kerugian USD 6,8 miliar.
(mag/fyk)