Demikian diungkap CEO Telkom Group, Alex J. Sinaga saat berbincang dengan detikINET usai peluncuran satelit Telkom 3S di Jupiter Control Room, Guiana Space Center, Kourou, Rabu (15/2/2017).
Menurutnya, pengembangan satelit merupakan bagian dari program Indonesia Digital Network (IDN) khususnya Indonesia Digital Ring (id-Ring) yang menyediakan jaringan tulang punggung (backbone) nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara dari sisi cakupan jaringan seluler yang dikelola oleh anak usaha Telkomsel, mereka punya 129 ribu base transceiver station (BTS) yang memancarkan sinyal 2G (50,3 ribu BTS atau 39%), jaringan 3G (72,3 ribu NodeB atau 56% BTS) dan sinyal 4G (6,4 ribu eNode atau 5% BTS).
![]() |
Sedangkan dari sisi jaringan broadband, Telkom sudah punya fiber optic backbone sepanjang 106,6 ribu kilometer yang melayani homepass fiber optic access network sebanyak 16,4 juta homepass untuk akses langsung ke rumah-rumah (FTTH) dan line in service 1,6 juta, serta Wifi.id dengan kecepatan minimal 362,2 Kbps.
Nah, jaringan akses yang dimiliki Telkom itu pun semakin kuat dengan kehadiran satelit Telkom 3S. Pada satelit Telkom 3S yang baru saja diluncurkan di Kourou, ada 42 transponder yang diusung berupa 24 transponder C-Band, 8 transponder Extended C-Band, dan 10 transponder untuk Ku-Band untuk broadband, khususnya HDTV.
Jumlah transponder itu tentunya akan menambah kapasitas dari dua satelit sebelumnya dimana Telkom 1 yang masih beroperasi hingga 2022 memiliki 18 transponder dan Telkom 2 yang beroperasi hingga 2021 membawa 24 transponder.
Jika tak ada aral melintang, Telkom juga akan meluncurkan satelit Telkom 4 pada Juni 2018 mendatang di Florida, Amerika Serikat. Dengan demikian, jika Telkom 3S dan Telkom 4 sukses meluncur dan mengorbit sesuai rencana, maka Telkom nantinya di akhir 2018, total akan memiliki 144 transponder.
Jaringan yang dimiliki Telkom tak cuma itu. Melalui anak usaha Telkom International (Telin), BUMN telekomunikasi itu juga telah meresmikan pengoperasian mega proyek Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Southeast Asia-Middle East-West Europe 5 (SEA-ME-WE 5) di Telkom Landing Station (TLS) Pantai Puak, Dumai, pada 28 Desember 2016 lalu.
Pembangunan jaringan hub telekomunikasi dunia bersama konsorsium 18 perusahaan telekomunikasi global itu untuk membangun kabel laut dengan panjang 20.000 kilometer yang menghubungkan Indonesia, langsung dengan 15 negara dari Asia Tenggara, Timur Tengah sampai dengan Eropa.
SEA-ME-WE-5 ini memiliki kapasitas sebesar 24 terabyte per detik menggunakan teknologi 100G, sehingga mampu memenuhi kebutuhan bandwidth yang terus meningkat antara Asia dan Eropa dengan latensi yang rendah. Dengan demikian, Telkom menurut Alex, dapat memberikan layanan yang lebih andal dan berkualitas.
Ekspansi Telkom pun terus berlanjut. Karena menurut Alex, mereka saat ini juga sedang dalam proses pembangunan SKKL Southeast Asia-United States (SEA-US) yang menghubungkan langsung Manado ke Los Angeles dan Indonesia Global Gateway (IGG) yang menghubungkan Manado ke Dumai, melengkapi pencapaian tujuan menjadikan Indonesia sebagai Global Digital TIMES Hub.
"Seluruh inisiatif pembangunan infrastruktur ini dilakukan untuk mewujudkan visi Telkom menjadi the king of digital in the region. Pada akhirnya, semua infrastruktur tersebut, kami persembahkan untuk mendorong terwujudnya masyarakat digital Indonesia demi kemajuan bangsa dan negara," pungkas Alex.
(rou/rns)