Chief Brand Officer Smartfren Roberto Saputra menjelaskan, frekuensi adalah bagian dari infrastruktur. Dari perspektif operator seluler, tentu saja kemungkinan menambah jumlah frekuensi menjadi daya tarik.
"Buat saya, frekuensi itu infrastruktur. Bagaimanapun juga kita punya interest untuk menambah infrastruktur, pasti ada interest, apalagi sama-sama di 2,3 GHz. Cuma itu nanti biarlah dikonfirmasi lagi. Kalau ditanya interest? pasti ada untuk terus meningkatkan kita punya resource," tutur Roberto di Jakara, Rabu (29/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Smartfren sendiri saat ini menggelar jaringan 4G LTE di frekuensi 2.300 MHz dan 850 MHz.
Seperti diketahui, Jasnita merupakan satu dari tiga operator Broadband Wireless Access (BWA) yang tersangkut utang pembayaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi kepada negara. Jasnita yang mendapat izin penggunaan frekuensi untuk zona 12 di Sulawesi bagian utara ini menunggak hingga Rp 2,197 miliar ini memilih untuk mengembalikan kepada pemerintah.
Sedangkan dua operator lainnya, PT First Media Tbk (KBLV) dan PT Internux (Bolt) masih belum ditegaskan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), apakah akan mencabut atau menerima proposal perdamaian berupa skema pembayaran utang terbaru yang ditawarkan oleh perusahaan Lippo Group tersebut.
(rns/krs)