Polytron Posh dan Posh Note: Sensasi OS Fira di Ponsel Asli Kudus
Hide Ads

Review Produk

Polytron Posh dan Posh Note: Sensasi OS Fira di Ponsel Asli Kudus

Penulis: Lucky Sebastian - detikInet
Selasa, 16 Feb 2016 13:22 WIB
Foto: Lucky Sebastian
Jakarta - Sepertinya hampir semua dari kita mengenal brand Polytron. Terutama untuk perangkat televisi, audio dan perangkat elektronik rumah tangga lainnya. Brand yang asli dari Indonesia dan memiliki pabrik di Kudus, Jawa Tengah ini sudah 40 tahun berkiprah, memasarkan produk elektronik baik di dalam negeri, hingga diekspor ke 32 negara di luar negeri.

Tahun 2012, Polytron memulai ekspansi ke kategori produk mobile phone. Sampai saat ini di awal tahun 2016, perangkat mobile phone dari Polytron sudah berhasil terjual 3 juta unit, angka yang bagus untuk produk dalam negeri.

Peraturan pemerintah yang mengharuskan mobile phone memiliki TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), seharusnya bisa memacu produksi dalam negeri lebih berkembang. TKDN ini tidak hanya mencakup perangkat keras atau hardware, tetapi juga software.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Polytron dengan produk terbarunya yang akan kita bahas, sepertinya menjadi brand Indonesia pertama yang berani memasuki ranah TKDN selain hardware tetapi juga software, dengan memperkenalkan FIRA OS. Kabarnya semua ini dikembangkan oleh tenaga terampil dari dalam negeri tanpa campur tangan tenaga asing.

Di awal 2016 ini Polytron merilis seri Zap 6 sebagai lanjutan dari seri Zap 5 yang diproduksi tahun lalu. Zap 6 memiliki 5 tipe smartphone yang semuanya berteknologi 4G LTE.

Di review kali ini kita hanya membahas seri Posh (4G501) dan Posh Note (4G551) , smartphone Android berbodi metal mereka yang pertama.
Desain dan Layar

Saat ini sepertinya agak sulit untuk memiliki desain smartphone yang benar-benar memiliki desain khusus tanpa dipengaruhi desain dari produk lain. Seringkali ada bagian dari smartphone yang desainnya mirip dengan smartphone vendor lain, atau setidaknya dipengaruhi. Mungkin karena tipe smartphone sekarang ini jumlahnya sudah sangat masif, sedangkan bentuk dasar smartphone sebenarnya begitu-begitu saja. Ketika pertama memperlihatkan device Polytron seri Posh dan Posh Note ke media sosial, banyak yang berkomentar desainnya mirip brand H.

Mendekati penutupan tahun 2015 dan di awal 2016, kita dikejutkan bahwa material metal pada smartphone sekarang ini bukan lagi hanya milik tipe smartphone high-end. Smartphone mid-end yang terjangkau, berlomba-lomba menghadirkan desain smartphone yang terlihat lebih premium dengan menggunakan material casing terbuat dari metal. Walau tentu saja penggunaan tipe bahan metalnya bisa jadi tidak sama dengan smarthone high-end global, tetapi secara tampilan, tetap membuatnya lebih berkelas.
Polytron Zap 6 seri Posh dan Posh Note mencoba menggunakan jalur yang sama, menghadirkan smartphone dengan bahan metal. Mengingat harga jualnya yang 'hanya' Rp 1,7 juta dan Rp 1,9 juta, memungkinkan smartphone dengan range harga tersebut sudah menggunakan bahan metal, jadi memiliki daya saing tersendiri. Setidaknya akan memberikan batas acuan atau standar baru, bahwa smartphone (lokal) di kelas tersebut, standarnyaΒ  sekarang sudah menggunakan bodi dari bahan metal.

Posh dan Posh Note tidak memiliki perbedaan hardware yang berarti, hanya berbeda di ukuran layar dan kapasitas baterai.
Casing yang terbuat dari bahan metal pada seri Zap 6 ini bukan unibody design. Konstruksi casingnya terbagi dalam 3 bagian, bagian atas, tengah, dan bawah. Konstruksi ini kemungkinan dibuat untuk memudahkan pemasangan komponen dan kemudahan service. Efek konstruksi casing dengan 3 bagian ini ada pada sambungan, sulit membuatnya terlihat sinkron dengan sempurna. Jika diperhatikan dengan seksama, ada perbedaan tonjolan dan alur pada sambungan, walau secara fungsi tidak mengganggu.
Tetapi secara keseluruhan bisa dikatakan pekerjaan device yang buat di dalam negeri ini cukup rapi. Pada bagian bawah proses CNC pada lubang-lubang speaker yang berjajar terlihat rata dan rapi. Walau terlihat balance kiri dan kanan, hanya lubang speaker bagian kanan yang menghasilkan suara, sedang sebelah kiri berfungsi sebagai lubang mic. Suara yang dihasilkan cukup keras, cukup untuk penggunaan sehari-hari.
Pada casing bagian belakang terdapat cutout pada metal plate dan ditutup oleh lapisan polycarbonate berwarna putih yang menjadi bagian dari kamera dan lampu flash. Untuk seri Posh Note terdapat sebuah lubang tambahan pada bagian polycarbonate putih ini yang sepertinya menjadi secondary mic.

Lubang ini tidak ada pada seri Posh. Lapisan polycarbonate putih ini selain menjadi aksen desain, juga untuk menutup perangkat antena, baikΒ  telepon maupun WiFi, dimana jika semua komponen casing terbuat dari metal, sinyal akan terblok dan sulit untuk dikirim dan diterima.

Pada bagian depan, lapisan kaca pelindung layar sudah digunakan pelapis tahan gores dengan teknologi kaca yang sedang trend sekarang, 2.5D glass, dimana lapisan kaca anti gores ini tidak benar-benar flat, tetapi melengkung sedikit di ujung-ujungnya.

Desain kaca 2.5D ini disenangi banyak orang karena memberi efek tampilan yang terasa lebih bagus dan mewah, juga lebih terasa licin ketika di raba dari tepi. Untuk desain kaca pelindung ini, Polytron mengadopsi model dari iPhone 6 series, dengan sedikit frame putih disekeliling layar, sebelum bertemu dengan metal frame.
Di bawah kaca pelindung terdapat layar LCD beresolusi HD (1280x720), dengan ukuran 5,5 inch untuk Posh Note, dan 5 inch untuk seri Posh. Tampilan LCD-nya masuk ke kategori baik, enak dilihat dengan ppi yang sangat cukup, hanya sudut pandang ke layar tidak terlalu lebar sampai sudut yang ekstrim.

Dalam hal ini maksudnya secara standar pemakaian, dengan sudut pandang normal kita biasa melihat ke layar, tampilan layar akan terlihat baik, warna yang dihasilkan cukup kaya, tidak se-popup warna display AMOLED, tetapi juga tidak dull atau pucat.

Jika dipandang dari sudut yang lebih miring, akan terjadi perubahan warna dan intensitas cahaya. Ini terjadi lebih karena lapisan polarizer yang digunakan, tetapi sangat bisa diterima untuk device dengan harga terjangkau. Bahkan sekarang ini standar kualitas display-nya termasuk lebih tinggi, dibanding display yang dimiliki device dengan rentang harga yang sama 1-2 tahun lalu.

Kepadatan pixel antara seri Posh dan PoshNote dengan rentang ukuran layar berbeda hanya 0.5 inci, tidak terasa ketika dilihat, secara ukuran kepadatan, terukur 294 ppi dan 267 ppi. Tulisan dari halaman web maupun aplikasi mudah dibaca dan terlihat halus.

Untuk device Posh dan Posh Note berwarna gold, menggunakan front frame berwarna putih sebagai penutup layar di bagian depan, hal ini membuat bezel hitam pada sekeliling layar dengan lebar kurang lebih 3 mm akan menjadi sangat kentara. Sebenarnya hal ini umum, dan sama sekali tidak mengganggu fungsi, hanya saja sekarang banyak smartphone, terutama high-end smartphone sudah menggunakan teknologi digitizer yang baru, yang memungkinkan bezel menjadi jauh lebih tipis.
Kinerja dan Fira OS

Sebagai prosesor utama digunakan prosesor Mediatek MT6735 , Quadcore prosesor berasitektur Arm53 dengan clockspeed 1,3 GHz 64 bit. Kinerja prosesor ditunjang RAM 2 GB dan internal storage 16 GB. Komposisi hardware yang mirip ini ada pada banyak device lain, diantaranya Meizu M2.

Berdasarkan benchmark dari AnTuTu versi 6.0.1, didapat hasil sekitar 32.000-33.000 point, menunjukkan secara keseluruhan kinerjanya bisa dikatakan cukup baik. Sangat cukup untuk pemakaian standar sehari-hari.

Hasil benchmark multicore prosesor dari Geekbench sekitar 1.800 poin, sebagai perbandingan, rata-rata high-end smartphone 2 tahun lalu, memiliki skor sedikit di bawah 3.000 poin, dan gadget high-end terbaru 2016 di atas 5.000 poin.
Perpindahan antara layar lancar, aplikasi bisa di-load dengan cukup cepat, dan multitasking berjalan dengan baik. Ketika dicoba dengan game berukuran besar 1.5GB dengan rendering yang cukup demanding, game Implosion, bisa dijalankan dengan lancar, hanya saja bila dibandingkan dengan high-end device kalah di frame rate.

Pada aplikasi game yang lebih berat lagi seperti Modern Combat 5, game bisa dimainkan cukup baik dan lancar, hanya terkadang ada beberapa saat terjadi jeda sepersekian detik. Hal yang masih wajar mengingat game ini intensif sekali di rendering grafik.

Jika digunakan untuk game-game casual yang ringan, dan aplikasi-aplikasi standar yang umum dipakai, kelengkapan hardware berupa prosesor, GPU, RAM,Β  yang tersedia dari seri Posh dan PoshNote akan mudah saja untuk menjalankannyaΒ  dengan sangat lancar.
Berjalan dengan Android 5.1 Lollipop, Polytron lebih senang menyebut UI nya yang blended sebagai OS buatan dalam negeri yang dinamai FIRA OS. Sama seperti Cyanogen, MIUI dan Flyme, demikian mereka berharap device dari Polytron selain berkembang secara hardware juga memiliki ciri OS tersendiri.

Langkah yang bagus, untuk produk lokal, selain untuk pemenuhan syarat TKDN juga memacu diri dan menjadi pendorong bagi produk-produk dalam negeri untuk mencontoh jalur yang sama.

Kita ingat hal yang sama terjadi di China, MIUI yang diusung Xiaomi, memberikan dorongan untuk lahirnya OS-OS lain seperti FlyMe dari Meizu, Color OS dari Oppo dan OnePlus, dll.

Sebenarnya FIRA OS pada dasarnya tidak terlalu banyak perubahan dari android vanilla. Ada hal khusus yang mereka banggakan disini berupa layanan lokal seperti Fira ID dan Fira Store. Fira Store di sini bukan seperti layaknya store untuk aplikasi-aplikasi Android sendiri di luar Google PlayStore, tetapi layanan lokal meliputi kemudahan pembelian pulsa telepon, pulsa listrik pra bayar dan token untuk game.
Untuk bisa mengaktifkan ke tiga fungsi tersebut kita perlu mendaftarkan diri di FIRA ID, dan menambahkan informasi kartu kredit, dimana Polytron bekerjasama dengan Veritrans sebagai payment gateway. Langkah yang cukup berani dari OS baru ini, yang pada seri Posh dan Posh Note baru digunakan, dan masih versi 1.0.
Dalam bocoran saat peluncurannya, kelak akan segera hadir layanan lain streaming acara televisi yang dinamai Fira TV, yang akan dimulai bulan Maret untuk menayangkan acara bola berbayar dari super soccer tv.

Notifikasi yang disebut smart notification menjadi salah satu andalan dari Fira OS, dimana biasanya ketika kita sedang menggunakan smartphone dan ada telepon masuk, maka apa yang kita kerjakan harus dihentikan dulu tertutup panggilan telepon. Dengan smart notification, panggilan telepon hanya muncul di bagian atas dan kita bisa memilih terus melakukan pekerjaan yang sedang dikerjakan di smartphone atau menerimanya.

Pada address book terdapat sebuah fitur yang dinamai smart directory, dimana jika kita tidak memiliki nomor telepon dari sebuah layanan publik, misal restoran, bank, kantor, dll, maka pencarian melalui smart directory ini bisa dilakuakan. Ketika alamat ditemukan, panggilan telepon bisa dilakukan segera.

Sebenarnya layanan smart directory ini mirip layanan dari Google Search, ketika kita melakukan pencarian yang sama di bar google. Hanya saja sekarang layanan iniΒ  terintegrasi di dalam address book dari Fira OS.
Untuk mereka yang menggunakan kartu dengan sistem pra bayar, OS ini memiliki widget yang menarik, selain memperlihatkan Jam, disebelahnya tertera sisa pulsa yang dimiliki. Memudahkan untuk senantiasa aware kapan harus mengisi pulsa lagi, atau mengetahui jika terjadi hal diluar kebiasaan yang membuat pulsa berkurang dengan cepat.
Out of the box, device dari Polytron ini bisa langsung digunakan. Beberapa aplikasi layanan Google seperti Gmail, YouTube, Map, Google Drive dan PlayStore sudah terdapat di dalam Fira OS. Ada satu grup aplikasi sosial media sudah disiapkan seperti Whatsapp, BBM, Path, Instagram, Facebook dan Twitter. Satu folder lagi tambahan berisi aplikasi BCA banking, Blibli dan aplikasi berita Kurio.

Aplikasi-aplikasi ini bila dirasa tidak diperlukan bisa dihapus dengan mudah atau di disable. Yang cukup berbeda adalah mesin pencari default yang digunakan oleh Fira OS ternyata bukan google. Jika kita mengaktifkan fungsi search atau melalui widget pencarian yang selama ini kita kenal merupakan shortcut dari Google Search, ternyata aslinya adalah mesin pencari dari Ask.com.

Mesin pencari dari Ask.com adalah alternatif mesin pencari lain dari Google, yang sebenarnya umurnya sudah lama ada sebelum Google ada. Sekarang ini ask.com menempati urutan ke 4 dalam list mesin pencari di bawah Google, Bing dan Yahoo.

Jika kita tetap menginginkan mesin pencari Google sebagai mesin pencari utama, cukup instalkan saja widget atau icon google search yang bisa di download dengan mudah di google playstore.

UI yang dipilih Fira OS mengadopsi gaya smartphone dari China (atau iPhone), yang menampilkan semua aplikasi di halaman depan tanpa menyiapkan drawer seperti yang digunakan standar android OS dari Google. Untuk mereka yang terbiasa menggunakan sistem drawer aplikasi, bisa menginstallkan launcher lain sebagai pengganti, misal Google Now launcher atau Nova launcher.

Sebagai pelengkap Fira OS juga sudah mengadopsi keyboard dari swiftkey yang merupakan salah satu keyboard 3rd party yang paling terkenal, dimana keyboard ini juga dipakai oleh produk Xiaomi, dan ES File Explorer sebagai aplikasi manajemen file dan folder.

Fitur double tap to wake up, atau berbagai gerakan gesture di layar, ketika layar dalam keadaan mati, seperti menulis O untuk unlock, M untuk music, Z untuk langsung menjalankan kamera, dll , yang sekarang banyak diadopsi smartphone dari China, juga tersedia di Fira OS.

Secara fitur build in lain, belum banyak yang dibenamkan didalam Fira OS, apalagi jika membandingkannya dengan MIUI dari Xiaomi. Tapi langkah ini kita apresiasi mengingat Fira OS ini masih di tahap awal. Jika kita melihat ke belakang, MIUI dari Xiaomi juga mengalami kelengkapan fitur secara bertahap seiring semakin berkembannya produk mereka, dan kita berharap Fira OS nantinya juga berkembang ke arah yang sama.

Kamera

Kedua smartphone Posh dan PoshNote memiliki besaran kamera yang sama. 8MP untuk kamera belakang yang bisa di set dengan format 4:3 atau 16:9, dan kamera depan 5MP.

Fitur yang dibenamkan mencoba mengadopsi beberapa fitur inovasi dari kamera yang sudah ada, seperti Live View yang membuat foto bergerak, Panorama untuk menggabungkan beberapa foto manjadi foto landscape yang panjang, tracking object, dan multi angle camera, dimana foto sebuah objek bisa dilihat dari beberapa sisi, diputar setengah lingkaran.

Hasil kamera bisa dikatakan cukup. Jika pencahayaan terang hasil yang didapat baik dan cukup detail, tetapi didalam ruangan dengan pencahayaan standar, butuh lebih lama waktu untuk fokus dan genggaman yang lebih steady untuk menghasilkan gambar yang fokus.

Pada kondisi ini, post processing photo yang sepertinya cukup over, menjadikan hasil foto secara detail berefek cat air. Pada kondisi lowlight tidak banyak yang bisa dilakukan oleh kamera dari Polytron ini, foto cenderung lebih gelap, sulit steady, dan noise yang tinggi.

Masih banyak yang bisa diperbaiki kedepan untuk settingan post processing hasil dari kamera Polytron ini supaya mendapatkan gambar yang lebih baik, yang sepertinya bisa diperbaiki melalui Fira OS, terutama bagian AWB (White Balance) dan saturasi warna, supaya warna foto yang dihasilkan lebih sesuai dengan warna asli dan tidak pucat.

Beberapa contoh dari hasil foto Polytron Posh dan Posh Note (hasil foto asli tanpa olahan hanya di kompres ukurannya untuk keperluan web):

Dukungan 4G LTE dan Kelengkapan

Tahun lalu lewat seri Zap 5 dan gaung TKDN dimulai, berbarengan dimulainya operator di Indonesia bertransisi menyediakan jaringan 4G LTE, Polytron masuk menjadi penyedia smartphone 4G dari brand lokal dengan harga yang terjangkau.

Pada seri Zap 6, tradisi 4G LTE ini diteruskan. Band 4G LTE yang didukung disediakan sesuai dengan operator 4G di Indonesia meliputi band 900 / 1800 / 2100 / 2300.

Smartphone ini mendukung dual SIM dengan slot kartu yang unik, dalam satu slot sekaligus bisa dimasukkan 3 kartu, bertupa 2 kartu SIM dan 1 memory card upto 32GB. Sebagai tambahan untuk storage, kedua device ini sudah mendukung perangkat USB OTG.

Sebagai daya tarik tambahan, mengingat kebiasaan smartphone made in China yang sekarang dijual dalam kelengkapan minimalis hanya berupa unit, charger dan kabel data, Polytron Posh dan PoshNote malah diberi kelengkapan lebih di dalamnya. Selain unit, tersedia charger 1A, kabel data, earphone, sim ejector, anti gores yang sudah terpasang dan sebuah casing silicone.

Dalam waktu terbatas hingga 17 Februari 2016, bekerjasama dengan market place Blibli.com, kedua seri Zap 6 ini ditawarkan dengan kelengkapan lebih menarik, dengan tambahan kartu memory 16GB dan kartu perdana IndosatOoredoo, plus diskon Rp 150.000.

Penutup

Semakin lama smartphone dengan kategori terjangkau semakin baik kualitasnya, baik dari segi hardware, layar, bahkan desain dan material. Dua tahun yang lalu, masih tidak terbayangkan kalau sebuah smartphone berbahan metal dengan spesifikasi yang cukup, memiliki koneksi 4G dan support dual SIM, bisa berharga di bawah Rp 2 juta, apalagi sudah berani menggembangkan OS custom sebagai UI di atas Android OS.

Mengembangkan software dan OS bukan perkara mudah, dan ini juga memerlukan investasi yang tidak sedikit. Jauh lebih mudah seperti brand lokal lain, yang memesan saja dari pabrikan di China, dan tinggal menamainya dengan brand Indonesia. Apresiasi harus diberikan kepada Polytron atas usahanya ini, merancang dan merakit device ini di dalam negeri sekaligus mengembangkan softwarenya.

Fira OS memang belum sempurna, masih banyak yang bisa dilengkapi, dipoles dan diperbaiki. Misalnya device uji ini memiliki 9 sensor di dalamnya, termasuk gyroscope. Tetapi entah mengapa tidak semua sensor yang ada berfungsi. Semoga segera ada update OS untuk bisa memanfaatkan hardware sensor yang ada, walaupun secara fungsi sehari-hari, sensor yang aktif sekarang sudah dapat mencukupi kebutuhan dasar.

Kalibrasi terhadap ambient sensor, yang memungkinkan device mengetahui kecerahan pencahanyaan sekitar, sepertinya bisa dilakukan juga pada update berikutnya, supaya data sensor ini bisa lebih peka dan memberikan intensitas brightness layar yang lebih cepat dan tepat.

Secara keseluruhan untuk pemakaian sehari-hari, device dengan harga terjangkau ini bisa diandalkan. Desain yang menarik, balutan bahan metal, kualitas layar yang cukup baik, dan hardware yang mumpuni dikelasnya, plus dibanderol dengan harga terjangkau, harusnya bisa menjadi daya tarik yang cukup untuk memikat banyak pengguna.
(ash/ash)