'Network Sharing Belum Tentu Percepat Broadband'
Hide Ads

'Network Sharing Belum Tentu Percepat Broadband'

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 14 Jan 2016 16:37 WIB
Jakarta -

Telkomsel menilai implementasi active network sharing bukan soal efisiensi biaya saja. Langkah ini juga belum tentu dapat mempercepat pembangunan broadband di Indonesia. Operator seluler terbesar di Indonesia ini pun memberikan sejumlah catatan jika pemerintah memberlakukan active network sharing.

"Active network sharing hanya bisa mempercepat pencapaian pitalebar jika tidak ditujukan untuk efisiensi biaya operator dan penghematan devisa, namun harus ditujukan untuk percepatan pembangunan BTS di seluruh pelosok dalam bentuk komitmen pembangunan," kata Ivan C. Permana, Vice President Technology and System Group Telkomsel.

Salah satu poin dalam presentasi itu dipaparkan Ivan dalam forum diskusi 'Percepatan Pitalebar Indonesia yang Efisien melalui Kebijakan Network Sharing', di gedung serbaguna Kemenkominfo, Kamis (14/1/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Telkomsel pun menekankan perlunya komitmen operator untuk membangun lebih banyak infrastruktur dengan porsi yang lebih merata di antara sesama operator telekomunikasi.

Dalam persentasinya, Ivan juga membeberkan data yang memperlihatkan dominasi Telkomsel dalam pembangunan infrastruktur, sehingga active network sharing akan dirasa tidak fair bagi operator yang identik dengan warna merah ini.

"Perlu juga penyempurnaan sistem reward and punishment sehingga operator yang melebihi komitmen mendapatkan insentif lebih," kata Ivan.

Ivan juga memberikan contoh bahwa active network sharing tidak diimplementasikan di negara-negara yang memiliki operator dominan. Berdasarkan catatannya, dari 10 negara pengguna seluler terbesar di dunia, hanya dua negara yang melakukan active network sharing, yakni Brasil dan Rusia.

"Secara market share, di Brasil dan Rusia tidak ada operator dominan, dan active network sharing dilakukan antar operator dengan market share setara," sebutnya.

Implementasi active network sharing juga dikatakannya tidak memberikan manfaat lebih kepada pelanggan dan operator. Yang dikhawatirkan, semakin banyak ketersediaan layanan dibagi, maka berkurang kontrol terhadap kapasitas layanan dan berujung pada penurunan kualitas layanan pada konsumen.

"Efisiensi yang didapatkan dari active network sharing belum tentu memberikan manfaat dalam percepatan broadband jika tidak disertai komitmen pembangunan percepatan broadband yang lebih besar. Dan implementasi ini dampaknya hanya 0,13% - 0,27% dari total impor Indonesia," ujarnya.

Ivan juga menambahkan, Indonesia masih membutuhkan pembangunan BTS yang banyak untuk menyamai layanan broadband di negara maju, mengingat belum merata dan seimbangnya pembangunan broadband.

"Dengan hak yang sama, kewajiban (komitmen) operator berbeda-beda. Ada operator yang hanya membangun di daerah yang menguntungkan saja sehingga amanat UU No. 36 Tahun 1999 sulit tercapai," pungkasnya.

(rns/rou)
Berita Terkait