Kepala Pelaksana Harian Satgas Laksamana Madya Widodo mengatakan, modus dengan tekhnologi pengalih ini terendus ketika kapal patroli tidak mendapati kapal asing, meski sistem AIS sudah mendeteksi keberadaan kapal di koodinat tertentu di Laut Halmahera Utara.
“Mirip hacker. Dari pantauan AIS menunjukan ada spot yang kita kategorikan sebagai kapal asing China. Tapi setelah dicek kapal Satgas ternyata kosong, ada potensi mereka pakai alat canggih buat alihkan perhatian kapal patroli kita. Saat kita arahkan kapal ke area yang kosong, padahal mereka curi ikan di tempat lain,” ungkap Widodo dalam jumpa pers di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin (28/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ada barangnya (kapal) di sistem, begitu dicek kosong. Ini kamuflase, bahasa sederhananya mereka pakai kaya hacker buat rusak sistem kita. Di koordinat disebutkan ada kapal China, ternyata malah tidak ada,” jelasnya.
Widodo melanjutkan, Satgas Illegal Fishing belum memiliki tekhnologi untuk mengatasi hal tersebut. Tekhnologi tersebut kerap dipakai pada kapal-kapal perang. Tahun depan, pihaknya akan melakukan pengadaan alat untuk melacak kapal yang menggunakan tekhnologi pengalih AIS.
“Kita memang harus punya alat yang counter tekhnologi seperti itu. Kalau tidak susah nanti, di TNI AL sebenarnya sudah ada, tapi itu peruntukannya untuk kapal-kapal perang,” tutupnya.
(jsn/ash)