Menurut Charlie Park, Manager Component Marketing & Sales LG Innotek, chipset Qualcomm jadi komponen pembeda MiFi LG Innotek ketimbang produk sejenis di pasaran.
"Kami punya strategi aliansi dengan Qualcomm, yang memasok chipset MDM 9320 ke MiFI LG Innotek. Dengan chipset tersebut nantinya akan berpengaruh ke performa dan kualitas dari MiFi yang digunakan," tegas Charlie saat berbincang dengan sejumlah media termasuk detikINET di Seoul, Korea Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu yang kami rasakan saat field test. Dengan kehadiran chipset Qualcomm, tak cuma performa dan kualitas yang dihadirkan lewat brand LG. Itulah yang menjadi perbedaan," yakinnya.
Smartfren sendiri saat ini telah memiliki tiga partner sebagai pemasok MiFi 4G: Haier, Huawei dan terakhir LG Innotek. Adapun purchase order (PO) yang telah diajukan kepada tiga partner tersebut totalnya 800 ribu unit. Dengan rincian Huawei 100 ribu, Haier 450 ribu, dan LG 250 ribu unit.
"Respons pasar bagus. Aktivasi untuk Huawei sudah hampir 50% dari total PO, Haier masih sedikit karena pengirimannya juga belum semua karena pabrik Haier digabung sama ponsel. Sedangkan LG dalam sebulan itu bisa kirim 200 ribu unit, karena mereka fokus," kata Arya Mada Prasaja, Data & IoT Devices Section Head Smartfren.
Roberto Saputra, Direktur/Chief Brand Officer Smartfren menambahkan, sebagai brand yang dianggap punya kelas lebih atas, MiFi 4G LG dipatok dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan Haier dan Huawei. MiFi Haier di kisaran Rp 399 ribu, sedangkan LG Rp 499 ribu.
Selain itu, lanjut Roberto, Smartfren juga sudah berencana untuk melakukan perampingan di antara partner MiFi mereka, dari tiga menjadi dua vendor. "Kita lihat dari performa penjualan dan perangkas," ujarnya.
Terlepas dari vendor MiFi 4G mana yang bakal tenggelam lantaran hukum alam, Roberto menyebut bahwa pemilihan partner manufaktur tak bisa asal tunjuk. Ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi calon partner agar bisa dilirik.
Dimana kriteria utama adalah terkait Total Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Seperti diketahui, per 1 Januari 2017, pemerintah memutuskan untuk TKDN minimal 30% untuk smartphone dan MiFi 4G.
Jadi ketika tak ada komitmen untuk memenuhi TKDN ini maka secara otomatis vendor tersebut tak akan dilirik Smartfren. "Kan sudah harus, jadi gak banyak vendor yang punya fasilitas TKDN. Ada beberapa vendor saat testing oke dan bisa dibuat, tetapi saat dihadapkan dengan TKDN, mereka mentok. Akhirnya cari third party untuk cari assembly di Indonesia," lanjut Roberto.
Kedua, ambisi inovasi dan teknologi yang dimiliki calon partnernya juga menjadi pertimbangan penting. Sebab, Smartfren sudah punya ancang-ancang untuk berlari cepat di bisnis 4G, sehingga memerlukan tandem bisnis yang punya kecepatan sama.
"Ke depannya apa, sih? Kita sudah bilang harus punya teknologi Cat 6 yang sudah support carrier aggregation. Berikutnya (MiFi Smartfren) juga seperti itu," pungkasnya.
(ash/rou)