"Aku sudah kehilangan kepolosanku. Aku tak bisa lagi melihat dunia dengan cara yang sama," begitu kata Ahmed Mohamed, bocah 14 tahun yang ditangkap polisi karena diduga membuat bom rakitan. Padahal ia hanya menciptakan sebuah jam digital.
Sekilas, jam digital dalam bentuk kasar yang ditaruh Ahmed dalam koper itu memang punya tampilan yang tak biasa. Tapi aksi polisi dan gurunya dianggap terlalu berlebihan. Ahmed diinterogasi sekitar satu setengah jam, lalu diborgol. Selama interogasi itu, dia tak boleh menghubungi siapapun.
"Aku suka sains, tapi sepertinya aku dianggap sebagai ancaman karena kulitku yang coklat," katanya lagi, seperti detikINET kutip dari Independent, Kamis (17/9/2015). "Aku merasa seperti kriminal,"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berita soal penangkapannya menyebar cepat dan nama Ahmed langsung menggema di seluruh dunia. Pengguna Twitter ramai membelanya dengan hashtag #IStandWithAhmed. Presiden AS Barack Obama menganggap jamnya keren dan mengundangnya ke Gedung Putih.
Para bos perusahaan teknologi pun menunjukkan dukungan, dari Google, Facebook, Twitter, Box sampai Autodesk. Mereka sepertinya terkesan dengan keingintahuan Ahmed dalam soal teknologi, seperti yang mereka sendiri alami saat masa mudanya.
Para politisi AS sampai artis ikut nimbrung membela Ahmed. "Ahmed, adalah inovasi, keingintahuan, dan pikiran cemerlang seperti kamu yang akan menggerakkan kemajuan manusia. Kamu adalah masa depan kami," tulis penyanyi terkenal AS, Pharell Williams.
"Asumsi dan ketakutan tidak akan membuat kita aman, mereka akan membuat kita mundur ke belakang. Ahmed, tetaplah ingin tahu dan tetaplah mencipta," tulis bakal calon presiden AS dari Partai Demokrat, Hilary Clinton.
Kasus Ahmed ini memang luas cakupannya, banyak yang mengkaitkannya dengan isu agama dan rasial. Itulah mungkin yang menyebabkan Obama sampai berkomentar dan mengundangnya ke Gedung Putih, untuk menyatakan bahwa AS tidak diskriminatif. Bahwa tak peduli apapun latar belakang seseorang, akan tetap bisa meraih american dream.
Hidup Ahmed tidak akan sama lagi, ia sudah remaja terkenal. Semua gara-gara kasus tak disangka, jam digital yang dikira bom. Kesempatan terbuka lebar baginya, para raksasa teknologi menyambutnya dengan tangan terbuka. Bahkan universitas idaman Ahmed, Massachusett Institute of Technology (MIT) mengundangnya datang ke sana.
"Kami senang jika Ahmed mengunjungi kami di MIT," tulis Chanda Prescod-Weinstein, profesor astrofisika di MIT.
Tinggal bagaimana Ahmed memanfaatkan semua kesempatan itu. Siapa tahu di masa depan, dia benar benar akan menempati posisi penting di jagat teknologi. Kita tunggu saja.
(fyk/ash)











































