CEO Indosat Bicara Buyback
Hide Ads

CEO Indosat Bicara Buyback

- detikInet
Senin, 20 Apr 2015 09:22 WIB
Alexander Rusli (ash/detikINET)
Jakarta -

Pemerintah Indonesia mau membeli kembali (buyback) saham Indosat? Ah, isu ini sudah sering keluar masuk lantai bursa. Namun nyatanya cuma angin lalu, tak ada tanda-tanda realisasi.

CEO dan Presiden Direktur Indosat Alexander Rusli pun sampai terpancing berkomentar soal isu buyback saham Indosat ini.

Dalam perpektif Alex, menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tak menjamin akan selalu mendapat sokongan dari pemerintah. "Gak jaminan bos! Memang kalau susah dibantuin? Gak jaminan juga, mesti survive sendiri juga," tegas Alex saat bertandang ke markas Detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Era 'BUMN menjadi anak emas' dianggap sudah lewat. "Termasuk era dimana pemerintah ikut intervensi banyak hal, itu sudah lewat. Kalau di sisi pemerintah memang dipikir kalau terus ada permintaan selalu diterima? Saya kan pernah di Kementerian BUMN, gak jaminan juga," lanjutnya.

Dulu memang perusahaan telekomunikasi -- termasuk Indosat -- pernah berada dalam masa-masa jaya. Hal inilah yang masih menjadi referensi orang-orang lama, sehingga dianggap bahwa kembali ke pelukan BUMN (pemerintah) sepenuhnya bakal memberikan posisi yang lebih enak. Padahal kondisi sekarang berbeda dengan era terdahulu, di mana industri telekomunikasi lagi enak-enaknya.

"Jadi bukan masalah shareholder (pemegang saham). Dulu kompetisi gak ada, monopoli, enak untuk hidup. Sekarang industri muntah darah jadi ya susah, karena referensinya yang lama. Sekarang pemegang saham asing masuk, dulu (saat masih dipegang) Singapura kenapa gak ribut? Karena industri masih bagus, belum perang harga," pungkas Alex.

Indosat dulu memang sempat menjadi bagian dari BUMN. Namun dijual ke Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) pada 15 Desember 2002 sebesar USD 630 juta atau Rp 5,62 triliun untuk pembelian 41,94% saham yang setara 434.250.000 saham seharga Rp 12.950 per saham.

Namun pada Juni 2008, kepemilikan saham mayoritas Indosat berpindah ke Qatar Telecom (kini bernama Ooredoo). Kala itu, QTel mengumumkan telah membeli 40,8% saham Indosat melalui akuisisi Asia Mobile Holdings Pte. Ltd (AMH). Dalam struktur STT, AMH adalah pemilik Indonesia Communications Limited (ICL) yang tercatat sebagai pemegang saham Indosat.

QTel melakukan perjanjian pembelian tertanggal 6 Juni 2008 dengan STT untuk membayar tunai sebanyak 2,4 miliar dolar Singapura atau USD 1,8 miliar atau Rp 16,740 triliun dengan kurs 9.300/USD.

Kini, saham mayoritas Indosat masih dipegang Ooredoo 65%, pemerintah Indonesia 14,3%, Skagen AS 5,42%, dan publik 15,29%.

(ash/fyk)
Berita Terkait