Kopilot pesawat Germanwings penerbangan 9525 yang celaka di pegunungan Alpen Prancis diduga kuat sengaja menjatuhkan pesawat tersebut dengan motif yang belum diketahui. Data dari Flightradar24, layanan jasa online yang menunjukkan jalur penerbangan real time pesawat, menguatkan indikasi tersebut.
Dikutip detikINET dari FoxNews, Jumat (27/3/2015), pengelola FlightRadar24 menemukan bukti kalau sistem autopilot pesawat dipasang dalam setting paling rendah. Akibatnya pesawat perlahan menukik dari angkasa sebelum ditabrakkan ke gunung dan membuat semua penumpang tewas seketika.
Analisis data FlightRadar menunjukkan kalau autopilot secara manual diubah dari ketinggian 38 ribu kaki menjadi 100 kaki dan 9 detik kemudian pesawat mulai anjlok. "Kami menduga Anda tidak bisa melakukan setting autopilot sampai ketinggian 0000 jadi paling minimum adalah 100 kaki," tulis FlightRadar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam rekaman tersebut, terindikasi kalau Patrick sudah berusaha menggedor pintu namun Lubitz tidak juga membukanya. Kemudian secara sengaja, ia mulai menjatuhkan pesawat.
Brice Robin dari kejaksaan Prancis menyatakan kalau Lubitz melakukan aksinya itu dengan tenang dan napasnya tampak terkendali. Sesudah mengunci kokpit dari dalam, ia tidak bersuara sampai pesawat nahas itu jatuh.
"Benar-benar sunyi di dalam kokpit. Napasnya tidak menunjukkan kalau dia panik. Dia tidak mengatakan apa-apa. Benar-benar sunyi," kata Robin.
"Kami hanya mendengar teriakan di saat-saat terakhir. Kematian terjadi secara instan. Sangat jelas kalau kopilot memanfaatkan absennya kapten di kokpit," paparnya.
Belum jelas apa yang menyebabkan Lubitz tega melakukan perbuatan tersebut. Aparat tengah melakukan investigasi mendalam termasuk menggeledah tempat tinggalnya untuk menemukan petunjuk.
Lubitz diketahui punya riwayat depresi. Akan tetapi pihak Lufthansa selaku induk Germanwings menyatakan ia lulus semua tes psikologis dan dinyatakan layak menerbangkan pesawat, bahkan meskipun seorang diri. Kecil pula kemungkinan ia terkait dengan kelompok teroris.
Lufthansa pun kaget dengan peristiwa ini karena mereka mengklaim menyeleksi kru pesawat dengan sangat hati-hati. Dengan terjadinya peristiwa tragis ini, mereka mungkin akan melakukan evaluasi menyeluruh.
"Saya tidak membayangkan semua ini menjadi bertambah buruk. Padahal kami sudah memilih staf di kokpit dengan sangat sangat hati-hati," kata CEO Lufthansa, Carsten Spohr.
(fyk/ash)