Menurut Dian Siswarini, Wakil Presiden Direktur XL Axiata, layanan data lebih tinggi komponen biayanya dibandingkan dengan layanan seluler tradisional seperti voice dan SMS. Apalagi trafik data harus disalurkan melalui bandwidth internasional yang tinggi biayanya.
"Bisnis data jauh lebih rendah dibanding voice, karena margin rendah kita harus tekan cost sebesar mungkin," kata Dian dalam jumpa pers usai RUPSLB di Grha XL, Jakarta, Rabu (7/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga efisiensinya bisa jauh lebih besar. Itu pun kalau pemerintah membolehkan. Sayangnya, sampai sekarang policy-nya belum ada. Tapi kalau dibolehkan, kita mendukung," jelasnya.
Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi menambahkan, dengan sharing infrastruktur dan sharing frekuensi itu operator bisa mendapatkan kapasitas lebih besar dan lebih efisien.
"Misalnya, operator A punya 5 MHz dan XL 5 MHz. Kalau digabung bukannya jadi 10 MHz, tapi bisa jadi 14 MHz. Tambahannya bisa sampai 40% dan ada pelanggaran kapasitas. Kita belum dapat izin, tapi semoga saja Pak Rudiantara (Menkominfo) setuju," kata Hasnul.
Menkominfo Rudiantara sendiri sebelumnya telah mendorong Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) untuk mengkaji pemanfaatkan sharing infrastruktur. Namun untuk sharing frekuensi, ia belum memberi restu.
(rou/ash)