"Mimpi adalah kunci.. Untuk kita menaklukkan dunia.. Berlarilah tanpa lelah.. Sampai engkau meraihnya.."
Penggalan lirik lagu Laskar Pelangi yang dinyanyikan Giring bersama rekan-rekannya di Nidji ini rasanya cukup pas untuk dijadikan soundtrack yang mengiringi kita membaca artikel ini sambil berdendang.
Giring Ganesha, anak muda dengan rambut keriting tak beraturan ini sempat membius para remaja di Indonesia dengan alunan lagu yang penuh gelora dalam satu dekade terakhir ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Salah satu faktor penting musisi untuk terus eksis adalah bagaimana mereka memperlakukan fans. U2 bisa ada sampai sekarang karena mereka memperlakukan dan menjaga hubungan sangat baik dengan fans," demikian Giring saat mulai membuka obrolan dengan detikINET di suatu malam.
Fans, menjadi kata kunci obrolan kami malam itu. Bagi Giring, fans adalah segalanya. Para pemujanya telah menjadi bagian penting bagi ayah dua anak dari Cynthia Riza yang diperistrinya sejak 2010 lalu.
Giring sadar betul, para musisi tak akan bisa bertahan lama di industri tanpa adanya fans. Itu sebabnya, hubungan dengan fans harus terus dijaga. Cling, dari sini kemudian timbul sebuah ide brilian.
Tragedi Black October
"Laskar pelangi.. Takkan terikat waktu.. Bebaskan mimpimu di angkasa.. Warnai bintang di jiwa.."
Tragedi 'black october' yang disebabkan oleh kecurangan SMS Premium, ternyata tak hanya menyengat industri telekomunikasi di Indonesia, namun juga ikut membawa dampak terhadap kelangsungan hidup para musisi di Tanah Air. Hal itu diakui Giring, kondisi ini ikut membuatnya miris.
"Dulu para musisi banyak yang menggantungkan hidup dari RBT (ring back tone) sejak penjualan kaset dan CD makin seret. Namun sejak tragedi 'black october' 2011 lalu, pendapatan para musisi langsung drop," lirihnya sedih.
Nidji diakuinya termasuk salah satu grup band yang ikut merasakan imbas dari tragedi 'black october' itu. Namun untungnya, pamor Nidji yang masih bagus di mata para fans, membuat tawaran manggung masih tetap banyak. Sayangnya, tidak demikian dengan rekan musisi lainnya yang kurang terhubung dengan para fans.
Kata sebuah pepatah: there is always a bright side, no matter how dark things seem. Berangkat dari kondisi masa-masa suram ini, Giring pun melihat secercah harapan. Hubungan dengan fans harus tetap dijaga dalam sebuah wadah. Peluang itu coba digarapnya dengan mengembangkan sebuah website yang bisa menjadi mediator.
Bikin Online Fanbase
"Menarilah dan terus tertawa.. Walau dunia tak seindah surga.. Bersyukurlah pada yang kuasa.. Cinta kita di dunia.. Selamanya.."
Setahun sejak tragedi 'black october' berlalu, tepatnya di tahun 2012, Giring pun mendirikan sebuah situs yang bernama Kincir.com. Di dalam situs ini, para musisi dan artis idola, bisa berinteraksi langsung dengan para fans.
"Ide pas mau bikin kincir.com ini sejak ngobrol dengan Danny Oei (pendiri Kaskus dan Mindtalk yang juga jadi co-founder di Kincir). Kita pakai nama kincir karena kata Danny, windmill itu selalu berputar," kenang Giring.
Sejak merilis versi Beta pada April 2012, pamor Kincir ternyata terus menggelinding bak bola salju yang makin besar dari hari demi hari. Setahun berselang, situs yang tadinya cuma bisa diakses lewat desktop ini sudah memiliki 160 ribu user member dan 243 idol member dari kalangan para artis dan musisi.
"Sejak itu kami putuskan untuk bikin versi mobile-nya. Kami sedang kembangkan apps Kincir di Android dulu. Itu yang paling gampang. Untuk BlackBerry dan iOS menyusul kemudian karena masih agak ribet," ucap Giring yang mengaku fans berat Manchester United.
Dalam catatan Giring, dari 166 ribu member terdaftar di situsnya hingga Agustus 2014, 60% merupakan pengunjung aktif dengan waktu stay berinteraksi dengan para idolanya, rata-rata selama 13 menit. Lantas, apa yang membedakan Kincir dengan platform serupa lainnya?
"Kita fokus ke user seperti para musisi dan artis idola. Kita hubungkan fans dengan user. Kita tawarkan activity, campaign, ada juga fitur dengar lagu gratis dari SoundCloud."
Bisa dibilang, situs ini nantinya juga akan jadi semacam media campaign untuk para musisi dan artis idola agar tetap eksis sembari cari duit sampingan yang jumlahnya lumayan kalau bisa dikelola dengan baik.
"Sejauh ini kita monetize dari activity. Ke depan, kita mau buka iklan dengan berbagai pihak. Raisa sudah pernah kerjasama dengan kita untuk kampanye khusus. Sementara kang Armand Maulana (GIGI) dan mbak Dewi Gita juga baru mau jalan campaign dengan kita," papar Giring.
Perjalanan Karir
"Laskar pelangi.. Takkan terikat waktu.. Jangan berhenti mewarnai.. Jutaan mimpi di bumi.."
Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, orang tua Giring memang sudah membentuk dia untuk menjadi seorang penyanyi dengan membawanya ke berbagai tempat pertunjukkan dan juga sekolah vokal.
Walaupun sebetulnya sang ayah ingin dia menjadi seorang penyanyi seriosa, tetapi ibu dan kakak-kakaknya secara tak sengaja berhasil membuatnya jatuh cinta kepada musik Rock N' Roll, khususnya Rock Pop Inggris semacam Coldplay.
Giring mulai bermain band dan menciptakan lagunya sendiri saat dia masih SMP. Hingga SMA, hobinya manggung dari satu pentas seni (pensi) ke pensi lainnya. Sampai akhirnya Ariel dan Andro mengajak Giring untuk bergabung ke project musik mereka yang pada saat itu belum memiliki vokalis. Maka, lahirlah Nidji pada 2002.
Nidji akhirnya bisa mendapatkan kontrak dengan Musica Studio pada tanggal 14 Juli 2005. Momen ini makin spesial karena bertepatan dengan hari ulang tahun Giring. Berkat kerja keras dan teamwork yang super, telah membawa mereka menjadi salah satu band paling diperhitungkan saat ini.
Selain bernyanyi, Giring juga terpilih menjadi pengisi suara Paddle Pop di keempat filmnya. Ia juga sempat bermain di film layar lebar berjudul 'Sang Pencerah' yang disutradarai Hanung Bramantyo.
Di tahun 2012, Nidji berhasil membesarkan nama mereka di kancah dunia internasional dengan proyek kolaborasi dengan tim Manchester United. Pada akhirnya di 2013, mereka berhasil menjadi band pertama di dunia yang manggung di stadion Old Trafford, Manchester.
"Rasanya luar biasa bisa manggung di Old Trafford. Pas gue turun ke jalan di Manchester bersama para fans United lainnya, oh man, i felt like i was part of something big. So amazing," kata Giring antusias menceritakan pengalaman bersama klub sepakbola yang dicintainya.
Kemudian, masih di 2013, Giring juga terpilih menjadi salah satu Coach ajang pencarian bakat di The Voice Indonesia bersama rekan-rekan musisi lainnya seperti Glenn Fredly, Sherina Munaf, dan Armand Maulana -- yang juga penggemar berat Manchester United.
Dengan segudang aktivitasnya, Giring juga masih menyempatkan diri untuk berkantor di bilangan KS Tubun, Slipi, Jakarta Barat, tempat kincir.com bernaung di bawah bendera PT Gajah Merah Terbang.
Kincir.com sejauh ini disokong oleh Merah Putih Incubator (MPI) sebagai investor. Giring berharap, akan ada investor lain yang masuk untuk ikut mendanai proyek fanbase ini."Untuk yang sekarang ini, kita masih bisalah untuk hidup 2-3 tahun," akunya.
Ketika banyak anak muda di dunia bermimpi bisa sekaya Mark Zuckerberg saat memulai startup, tidak demikian dengan Giring. Menurutnya, Facebook tak melulu jadi tolak ukur kesuksesan. Masih banyak role model lain yang bisa jadi acuan.
"Buat gue Facebook masih kejauhan. Panutan gue yang jadi idola itu kaskus dan detikcom, startup lokal yang sukses. Pernah gue bermimpi pas bangun dari tidur bisa sesukses mereka. Doain ya..," tutup Giring mengakhiri perbincangan.
(rou/tyo)