Silicon Valley Nomor Satu Dunia, Sementara Indonesia?
Hide Ads

Silicon Valley Nomor Satu Dunia, Sementara Indonesia?

Achmad Rouzni Noor II - detikInet
Kamis, 11 Sep 2014 11:15 WIB
Silicon Valley
Jakarta - Menurut data StartUp Genome, Silicon Valley menduduki posisi pertama untuk World StartUp Ecosystem. Sedangkan di posisi kedua diduduki oleh Tel Aviv, Israel.

Di posisi selanjutnya ada Los Angeles, Seattle dan New York. Singapura sendiri, yang sudah lebih maju dari Indonesia menduduki posisi 17 dan Bangalore, India menduduki posisi 19 daftar perbandingan ekosistem startup dunia.

Sementara Indonesia?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti detikINET kutip dari materi tentang ekosistem startup teknologi tersebut, Indonesia ternyata tak masuk hitungan. Bahkan nama Indonesia tak masuk dalam hitungan 20 besar dunia.

"Indonesia itu sudah ketinggalan 30 tahun di belakang Silicon Valley," sesal Indra Utoyo, Ketua Umum Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia (MIKTI) dalam talkshow IndoTelko Forum di Kembang Goela, Jakarta.

Menurut data yang dipaparkan Indra, Silicon Valley telah melahirkan banyak perusahaan besar. Pasalnya, sebanyak 85% akuisisi perusahaan terjadi di wilayah kecil San Francisco AS tersebut. Demikian halnya untuk investasi, sebanyak 61% lari ke situ.

"Perusahaan Amerika secara keseluruhan mendapatkan limpahan akuisisi sebanyak 14% dan investasi sebanyak 23%. Untuk akuisisi, negara yang lain tidak kebagian. Sedangkan untuk investasi, sekitar 15% mengarah ke global," katanya.

Silicon Valley dianggap telah menjadi kiblat dari industri ICT dunia, tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Startup di negara tersebut terus berkembang dan dincar banyak investor.

"Semua index mengarah ke Silicon Valley. Sedangkan Tel Aviv tetap bagus namun kalah di market. Ini karena penduduknya hanya sekitar 7 jutaan. Indonesia marketnya besar karena jumlah penduduknya juga besar," kata Indra.

Oleh karena itu, lanjut Indra, peran pemerintah sangat dibutuhkan agar industri kreatif bisa tumbuh dan terbentuklah 'Silicon valley' di Indonesia. Pasalnya, mendorong ICT juga mampu menumbuhkan ekonomi negeri.

"Setidaknya, wajib ada budget riset dan pengembangan sebesar satu persen dari total anggaran. Selain itu pemberian insentif pajak, serta kapasitas," kata Indra yang juga menjabat Chief Innovation and Strategy Officer Telkom Group.

Dijelaskan Indra, Telkom saat ini sedang membangun Pusat Kreatif dengan target 20 kota di seluruh Indonesia untuk menciptakan cikal-bakal startup yang berkualitas.

"Artinya, bukannya tidak bisa namun masih banyak permasalahan yang dihadapi untuk menciptakan startup. Misalnya masalah talent, teknologi serta platform. Sehingga tidak bisa ujuk-ujuk," katanya.

Menurut Indra, setidaknya ada beberapa kelemahan yang dialami oleh startup Indonesia hingga saat ini. Selain local mindset yang harus diubah, investment funding dan akses global juga harus ditingkatkan.

"Gairahnya sudah ada, tinggal bagaimana memasarkan dan memonetisasi hasil kreativitas startup itu. Untuk akses ke global, Telkom sudah masuk ke situ, membangun akses biar terkoneksi langsung dengan Silicon Valley, episentrumnya ICT," pungkasnya.

(rou/ash)