Ketar-ketir Setelah WhatsApp Jadi Milik Facebook
Hide Ads

Ketar-ketir Setelah WhatsApp Jadi Milik Facebook

- detikInet
Senin, 10 Mar 2014 15:08 WIB
Ketar-ketir Setelah WhatsApp Jadi Milik Facebook
Jakarta - Awal bulan lalu, Facebook membeli WhatsApp dengan nilai USD 19 miliar atau sekitar Rp 207 triliun. Bagi penciptanya ini tentu saja menyenangkan, namun bisa jadi kabar buruk bagi pengguna layanan instant messaging tersebut.

Ketar-ketir yang menghinggapi pengguna WhatsApp tentu bukan tanpa alasan, bila melihat track record dari Facebook yang suka menerobos informasi privasi dari penggunanya.

Hal yang buruk mungkin saja terjadi di masa depan bila Facebook sudah menyetir penuh kepemilikan dari WhatsApp. Kendati kekhawatiran tersebut telah dibantah oleh CEO Mark Zuckerberg dan salah satu pendiri WhatsApp Jan Koum.

Pengguna tetap harus waspada dan kritis, karena beberapa kemungkinan terburuk ini bisa saja terjadi. Seperti yang dikutip detikINET dari berbagai sumber, Senin (10/3/2014).

1. Mengintip Pesan

WhatsApp dikenal sebagai layanan tidak hanya untuk saling berkirim pesan, namun juga video atau gambar ke sesama anggotanya. Dengan Facebook di belakangnya, Facebook bisa saja usil.

Maksudnya, Facebook dicurigai akan mengintip segala jenis privasi yang dikirimkan ke sesame pengguna WhatsApp.

Hal yang mungkin kecil terjadi, karena WhatsApp mengakui akan melindungi data penting pengguna dengan sebuah enkripsi khusus yang tidak diketahui pihak lain, termasuk WhatsApp sendiri.

1. Mengintip Pesan

WhatsApp dikenal sebagai layanan tidak hanya untuk saling berkirim pesan, namun juga video atau gambar ke sesama anggotanya. Dengan Facebook di belakangnya, Facebook bisa saja usil.

Maksudnya, Facebook dicurigai akan mengintip segala jenis privasi yang dikirimkan ke sesame pengguna WhatsApp.

Hal yang mungkin kecil terjadi, karena WhatsApp mengakui akan melindungi data penting pengguna dengan sebuah enkripsi khusus yang tidak diketahui pihak lain, termasuk WhatsApp sendiri.

2. Memasang Iklan

Sejauh ini WhatsApp sudah memiliki jumlah pengguna sekitar 460 juta. Nyaris setengah dari anggota Facebook -- yang justru telah stagnan.

Nah, dengan jumlah tersebut sangat potensial bagiΒ  WhatsApp untuk dijejali dengan iklan seperti halnya situs Facebook. Ketakutan yang sama saat Instagram dicaplok oleh Facebook beberapa tahun lalu.

Untuk hal ini, Jan Koum dengan tegas mengatakan bahwa WhatsApp tidak akan mengikuti skema bisnis yang dilakukan oleh Facebook. Mereka akan setiap pada idealisme untuk tidak menjual iklan.

Koum mengatakan tidak akan menjual WhatsApp bila Facebook menjejali layananya dengan iklan. WhatsApp selama ini dikenal bersih iklan, dengan konsekuensi membayar iuran setahun sekali.

Namun pertanyaanya, sampai kapan skema bisnis ini akan dipertahankan?

2. Memasang Iklan

Sejauh ini WhatsApp sudah memiliki jumlah pengguna sekitar 460 juta. Nyaris setengah dari anggota Facebook -- yang justru telah stagnan.

Nah, dengan jumlah tersebut sangat potensial bagiΒ  WhatsApp untuk dijejali dengan iklan seperti halnya situs Facebook. Ketakutan yang sama saat Instagram dicaplok oleh Facebook beberapa tahun lalu.

Untuk hal ini, Jan Koum dengan tegas mengatakan bahwa WhatsApp tidak akan mengikuti skema bisnis yang dilakukan oleh Facebook. Mereka akan setiap pada idealisme untuk tidak menjual iklan.

Koum mengatakan tidak akan menjual WhatsApp bila Facebook menjejali layananya dengan iklan. WhatsApp selama ini dikenal bersih iklan, dengan konsekuensi membayar iuran setahun sekali.

Namun pertanyaanya, sampai kapan skema bisnis ini akan dipertahankan?

3. Menjual Informasi

Lembaga Electronic Privacy Information Center and the Center for Digital Democracy (EPIC) melayangkan komplain ke regulator Federal Trade Commision di Amerika Serikat, yang meminta agar proses akuisisi Facebook ke WhatsApp diinvestigasi. Sebab, Facebook dicurigai akan mengoleksi data user WhatsApp untuk kepentingan bisnisnya.

"User WhatsApp bergantung pada WhatsApp untuk menjaga privasi komunikasi meeka. Komplain kami meminta agar FTC menginvestigasi apakah ada proteksi privasi untuk melindungi data user WhatsApp dari Facebook," kata Julia Horwitz dari EPIC.

Jika Facebook benar mengoleksi data WhatsApp nantinya, maka hal itu dianggap sebagai praktek bisnis yang kotor. Jadi EPIC berharap jikalau FTC menyetujui akuisisi Facebook pada WhatsApp, harus dipastikan data user WhatsApp tidak akan diakses oleh Facebook.

Pihak Facebook sendiri langsung menanggapi komplain tersebut. Mereka coba menegaskan bahwa privasi pengguna WhatsApp tetap menjadi prioritas dan WhatsApp tetap akan menjadi perusahaan yang mandiri.

"Seperti yang sudah kami katakan berulangkali, WhatsApp akan beroperasi sebagai perusahaan terpisah dan akan menghormati komitmen pada privasi dan sekuriti," demikian pernyataan Facebook.

3. Menjual Informasi

Lembaga Electronic Privacy Information Center and the Center for Digital Democracy (EPIC) melayangkan komplain ke regulator Federal Trade Commision di Amerika Serikat, yang meminta agar proses akuisisi Facebook ke WhatsApp diinvestigasi. Sebab, Facebook dicurigai akan mengoleksi data user WhatsApp untuk kepentingan bisnisnya.

"User WhatsApp bergantung pada WhatsApp untuk menjaga privasi komunikasi meeka. Komplain kami meminta agar FTC menginvestigasi apakah ada proteksi privasi untuk melindungi data user WhatsApp dari Facebook," kata Julia Horwitz dari EPIC.

Jika Facebook benar mengoleksi data WhatsApp nantinya, maka hal itu dianggap sebagai praktek bisnis yang kotor. Jadi EPIC berharap jikalau FTC menyetujui akuisisi Facebook pada WhatsApp, harus dipastikan data user WhatsApp tidak akan diakses oleh Facebook.

Pihak Facebook sendiri langsung menanggapi komplain tersebut. Mereka coba menegaskan bahwa privasi pengguna WhatsApp tetap menjadi prioritas dan WhatsApp tetap akan menjadi perusahaan yang mandiri.

"Seperti yang sudah kami katakan berulangkali, WhatsApp akan beroperasi sebagai perusahaan terpisah dan akan menghormati komitmen pada privasi dan sekuriti," demikian pernyataan Facebook.

4. Jadi Mata-mata

Setelah diakusisi oleh Facebook dengan nilai USD 19 miliar, warga Jerman malah meninggalkan WhatsApp.

Usut punya usut ternyata warga Jerman mulai menggunakan Threema karena sudah tak percaya dengan keamanan data di WhatsApp. Mereka takut bahwa semua percakapan bisa dilihat oleh Facebook, yang saat ini resmi menjadi perusahaan induknya.

"Facebook sudah melihat segalanya, dan WhatsApp mungkin sama," kata Thilo Weichert, Komisaris perlindungan data German Land of Schleswig-Holstein.

Kekhawatiran Jerman cukup beralasan. Sebab beberapa waktu lalu pemerintah Amerika Serikat dituding telah menyadap telepon selular kanselir Jerman, Angela Merkel. Facebook pun diduga juga bisa dimanfaatkan sebagai alat pengintai.

Hal yang sama mungkin saja terjadi di negara lainnya.

4. Jadi Mata-mata

Setelah diakusisi oleh Facebook dengan nilai USD 19 miliar, warga Jerman malah meninggalkan WhatsApp.

Usut punya usut ternyata warga Jerman mulai menggunakan Threema karena sudah tak percaya dengan keamanan data di WhatsApp. Mereka takut bahwa semua percakapan bisa dilihat oleh Facebook, yang saat ini resmi menjadi perusahaan induknya.

"Facebook sudah melihat segalanya, dan WhatsApp mungkin sama," kata Thilo Weichert, Komisaris perlindungan data German Land of Schleswig-Holstein.

Kekhawatiran Jerman cukup beralasan. Sebab beberapa waktu lalu pemerintah Amerika Serikat dituding telah menyadap telepon selular kanselir Jerman, Angela Merkel. Facebook pun diduga juga bisa dimanfaatkan sebagai alat pengintai.

Hal yang sama mungkin saja terjadi di negara lainnya.

Halaman 2 dari 10
(tyo/ash)