Ketua Komite Tetap Bidang Telekomunikasi Kadin, Johnny Swandi Sjam, khawatir jasa data yang dikembangkan operator akan mengalami pertumbuhan semu seiring geliat bisnis di internet, alias Over the Top (OTT).
"Operator memiliki tantangan laten dalam mengembangkan jasa data, terutama dari pemain OTT seperti Google, BlackBerry, Facebook, Skype, Microsoft, atau Twitter," paparnya dalam Indonesian ICT Outlook 2012: Resisting the Doomsday of Big Telco Players, di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (14/3/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini karena OTT biasanya menumpang di atas infrastruktur jaringan operator dengan biaya operasional serta capital expenditure yang sangat rendah. Saat ini regulasi untuk mengendalikan kemajuan layanan-layanan OTT belum dibuat, sebab aturan dalam bidang ini termasuk dalam light-touch regulation atau self regulation oleh komunitas telekomunikasi," sesal Johnny.
Seperti diketahui, pasar jasa telekomunikasi tradisional sudah mengalami penurunan dan memasuki masa kejenuhan (saturated market). Operator telekomunikasi pun berlomba mencari peluang baru di pasar bisnis data yang tengah growth signifikan.
Dari data yang dipaparkan oleh Johnny, penetrasi SIM card dibandingkan dengan jumlah penduduk tercatat telah mencapai 110% pada akhir 2011 lalu, atau sebanyak 250 juta nomor.
Belanja modal yang dihabiskan selama 2011 diperkirakan sebesar Rp 30 triliun dimana 90% digunakan untuk peningkatan jaringan dan layanan data.
Adapun untuk 2012, industri masih memfokuskan penggunaan capex untuk pengembangan layanan data broadband hingga 60%.
Bisnis data dan konten diyakini dapat mendorong pertumbuhan industri hingga 10%. Pasalnya, pertumbuhan pendapatan dari data diprediksi mencapai 70%. Sedangkan bila hanya disokong dari layanan suara maka pertumbuhannya hanya 1%.
Saat ini pelanggan broadband sudah mencapai 70 juta orang. Pada beberapa tahun mendatang, pelanggan mobile data ini diharapkan mencapai 150 juta pelanggan.
Hal ini dapat dicapai mengingat saat ini terminal gadget pelanggan yang dikeluarkan vendor handset sudah mengarah kepada smartphone.
Meski penetrasi telah melebihi jumlah penduduk, tingkat pendapatan rata-rata per pengguna (Average Revenue Per User/ARPU) secara campuran di Indonesia hanya sekitar Rp 20.000-Rp 40.000. Sementara untuk ARPU dari jasa data lumayan menggembirakan yakni di kisaran Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
Pertumbuhan industri telekomunikasi pada tahun ini pun diperkirakan berkisar antara 8% hingga 9%. Pertumbuhan terbesar pada layanan data dan Internet yang mencapai lebih dari 100%. Jika melihat tren ini, bisa dikatakan sangat besar harapan dari industri telekomunikasi terhadap jasa data.
(rou/fyk)