Ada tiga pertanyaan utama yang diajukan Mastel kepada responden, yaitu seberapa parah berita hoax mengganggu, benarkah hoax mengganggu kerukunan masyarakat, dan setujukah hox menghambat pembangunan.
Lebih rinci, di pertanyaan "seberapa parah berita hoax mengganggu" responden mengatakan sangat mengganggu (43,50%), mengganggu (41%), dan tidak mengganggu (15,40%).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk pertanyaan "setujukah hoax dapat menghambat pembangunan", responden mengungkapkan sangat setuju (70,90%), setuju (26,60%), dan tidak setuju (3,20%).
Mastel menemukan dari survei tersebut, bahwa hoax ini mayoritas didominasi karena faktor sosial politik dan SARA hingga 91,80%. "Lebih dari 90% dari mereka menerima hoax yang berkaitan dengan politik dan SARA," tambah Teguh.
Saluran penyebaran hoax masih menggunakan jalur media sosial dengan persentase mencapai 92,40%. Untuk layanan aplikasi pesan instan, seperti Line, WhatsApp, dan Telegram penyebaran hoax lebih rendah dengan persentase 62,80%.
Selain itu, penyebaran hoax juga melalui situs web (34,90%), televisi (8,70%), media cetak (5%), email (3,10%), dan radio (1,20%)
Mastel menggelar survei soal hoax ini sedari 7-8 Februrari 2017. Selama 48 jam itu, Mastel melakukan survei secara online dan direspon oleh 1.116 responden dengan berbagai variasi usia, yaitu 25-40 tahun (47,80%), di atas 40 tahun (25,70%), 20-24 tahun (18,40%), 16-19 tahun (7,70%) dan di bawah 15 tahun (0,40%). (fyk/fyk)