Kebocoran data kependudukan Indonesia sangat merugikan masyarakat. Inilah langkah yang harus dilakukan dengan kondisi kebocoran ini.
Memang tidak dapat disangkal bahwa kita sudah hidup dengan banyak data kependudukan yang bocor. Tidak sulit mendapatkan data kependudukan otentik yang bisa digunakan untuk membuat KTP aspal (asli tapi palsu).
Data ini banyak digunakan untuk kegiatan kriminal seperti melakukan pinjaman online, membuka rekening bank bodong untuk menampung hasil kejahatan atau digunakan untuk mengganti kartu SIM seperti yang pernah dialami oleh wartawan senior Ilham Bintang.
Lalu apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghadapi situasi kebocoran data ini? Data kependudukan yang sudah bocor hampir tidak mungkin diganti karena data ini digunakan sebagai dasar untuk kepentingan legal lain seperti menerbitkan Ijazah, kepemilikan barang dan jasa (perusahaan, rumah, mobil dan motor).
Apa tindakan kita? "Life will find a way," begitu yang diceritakan dalam film Jurassic Park dimana sekalipun dinosaurus yang diciptakan sengaja dirancang untuk tidak bisa berkembang biak. Namun, secara alamiah mereka beradaptasi dan mendapatkan jalan untuk berkembang biak.
Demikian pula entitas bisnis yang terus menerus menjadi korban kejahatan pemalsuan kartu tanda penduduk palsu, mereka secara alamiah bereaksi dan membuat kebijakan untuk mengantisipasi aksi eksploitasi ini. Jika diperhatikan, banyak bank besar yang sekarang sangat berhati-hati dan membatasi membuka rekening bank baru khususnya kepada pemegang KTP di luar area cabang bank tersebut.
Secara sepintas, kebijakan ini sangat aneh, karena seharusnya bank sangat berkepentingan mendapatkan nasabah baru guna mendapatkan lebih banyak dana dari sebanyak mungkin nasabah. Ini kok ada yang mau membuka rekening dan menabung kok malah dipersulit?
Rupanya kebijakan ini dilakukan karena bank sering menjadi korban pembukaan rekening menggunakan tanda pengenal aspal. Dimana tujuan pembukaan rekening tersebut bukan untuk menabung melainkan untuk dijadikan sebagai rekening penampungan hasil kejahatan / penipuan (lihat gambar 1) dan sekali berhasil mendapatkan transfer uang penipuan tersebut akan langsung ditarik menggunakan kartu ATM yang telah dipersiapkan dan rekening tersebut ditinggalkan dan diganti dengan rekening lain yang dibuka dengan tanda pengenal aspal lain.
Korbannya adalah nasabah dengan tanda pengenal asli luar kota / area cabang yang 'tidak berdosa' menjadi sulit membuka rekening dan harus meminta surat pengantar dari perusahaan untuk membuka rekening di cabang bank terdekat. Tidak ada gunanya menangisi susu yang sudah tumpah, kita harus belajar hidup dan menyesuaikan diri dengan kondisi kebocoran data kependudukan ini. Semua pihak yang berkepentingan dan terkait harus bahu membahu melakukan aksi terkoordinir menghadapi eksploitasi kebocoran data kependudukan yang sudah cukup akut ini.
Halaman selanjutnya: 8 cara antisipasi...
Simak Video "Video: Soal e-SIM, Komdigi Bakal Kerja Sama BSSN untuk Cegah Data Bocor"
(fay/fay)