Teori Konspirasi Soal Banjir Besar di Dubai
Hide Ads

Teori Konspirasi Soal Banjir Besar di Dubai

Mohammad Frizki Pratama - detikInet
Selasa, 23 Apr 2024 12:14 WIB
Residents move their belongings on a kayak at a flooded residential complex following heavy rainfall, in Dubai, United Arab Emirates, April 18, 2024. REUTERS/Amr Alfiky     TPX IMAGES OF THE DAY
Suasana banjir di Dubai (Foto: REUTERS/Amr Alfiky)
Jakarta -

Dalam beberapa hari terakhir, Kota Dubai di Uni Emirat Arab (UAE) dilanda banjir ekstrem. Muncul sejumlah teori konspirasi.

Dikutip detikINET dari News.com Australia pada Selasa (23/4/2024), hujan deras ekstrem telah melanda di negeri gurun ini. Jalan-jalan yang biasanya tertutup pasir kini tenggelam dalam air.

Lebih dari 20 orang tewas dalam badai yang melanda sebagian wilayah Teluk. Di beberapa daerah, curah hujan turun dalam waktu 24 jam dengan intensitas curah hujan sekitar 150 mm atau lebih. Merupakan jumlah curah harian tertinggi dalam kurun waktu 75 tahun di wilayah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, muncul sebuah teori aneh soal banjir Dubai yang bahkan disebut sebagai teori konspirasi oleh seorang akademisi tentang apa yang menyebabkan banjir di gurun tersebut.

Meski terdengar seperti cerita dari film fiksi ilmiah, di Uni Emirat Arab (UEA) mereka menggunakan teknologi yang disebut 'cloud seeding' atau penyemaian awan. Namun sekarang, teknologi ini sedang dipertanyakan.

ADVERTISEMENT

Selama lebih dari sepuluh tahun, negara dengan lebih dari sembilan juta penduduk ini telah mencoba membuat hujan menjadi turun lebih sering di wilayah mereka.

Namun, ada kekhawatiran bahwa penyemaian awan dapat membuat curah hujan menjadi berlebihan pada hari Selasa lalu. Hal itu diduga menyebabkan banjir bersejarah yang juga membuat bandara tersibuk kedua di dunia menjadi kacau.

Pada hari Selasa, ada kekhawatiran tentang rekayasa cuaca saat seorang ahli meteorologi dari National Centre of Meteorology (NCM) Uni Emirat Arab, semacam BMKG. Mereka mengatakan bahwa penyemaian awan mungkin telah memperparah efek cuaca yang terjadi.

Dilaporkan bahwa sekitar enam atau tujuh pesawat digunakan untuk penyemaian awan di UAE terbang sebelum hujan turun. Associated Press mencari tahu tentang hal ini dan menemukan bahwa meskipun tidak ada tujuh pesawat, ada satu pesawat yang sering digunakan untuk penyemaian awan yang terdeteksi terbang di langit UAE pada hari Senin.

Namun, NCM dengan tegas membantah telah memainkan peran apapun dalam badai tersebut. Para ilmuwan di bidang terkait meragukan apakah penyemaian awan bisa menjadi penyebab hujan yang bersejarah ini.

Cara Kerja penyemaian awan

Hujan tidak terlalu sering turun di Uni Emirat Arab (UEA) dan negara-negara tetangga seperti Oman dimana 19 orang tewas akibat cuaca ini.

Setiap tahun, hanya sekitar 100 mm hujan yang diperkirakan turun di Dubai atau ibu kota Abu Dhabi. Ketika awan berhenti hujan, airnya juga cepat menguap. Pertumbuhan yang pesat, baik dari jumlah penduduk maupun industri semakin memperparah kondisi kelembaban di UEA.

Pemerintah telah berupaya mencari cara untuk mengamankan pasokan air negara yaitu dengan cara penyemaian awan. Hal itu bukan merupakan teori konspirasi semata, melainkan telah diterapkan di beberapa negara untuk mendorong cuaca menjadi lebih sering hujan.

Hal ini melibatkan pesawat atau drone yang menyebarkan partikel senyawa silver iodide atau bahkan hanya garam dapur biasa ke dalam awan. Partikel-partikel kecil tersebut menarik tetesan air, seperti halnya ketika debu, serbuk sari, dan garam laut terbawa oleh angin ke dalam awan.

Ketika cukup banyak tetesan yang terkumpul, mereka membentuk kristal es yang lebih berat, dan gravitasi akan menariknya ke bumi. Saat mereka mencair, mereka lalu menjadi hujan.

Penyemaian awan dirancang untuk mempercepat proses awan dalam turunnya hujan. Sejak tahun 2021, metode lainnya adalah dengan menembakkan muatan listrik ke awan sehingga menyebabkan mereka menjadi satu dan memicu hujan yang lebih banyak.

Halaman selanjutnya: Banjir Dubai Bukan Konspirasi >>>

Banjir Dubai Bukan Konspirasi, Cloud Seeding Adalah Nyata

Teknologi ini telah dikerjakan sejak tahun 1940-an, akan tetapi baru dalam beberapa tahun terakhir ini ilmuwan dapat dengan pasti mengatakan bahwa penyemaian awan secara langsung telah membuat awan melepaskan kelembapannya.

Pada tahun 2022, Abullah Al-Hammadi dari NCM mengatakan bahwa penyemaian awan memiliki keterbatasan, yaitu tidak bisa secara ajaib membuat hujan secara tiba-tiba tanpa adanya awan.

"Cloud seeding memerlukan adanya awan hujan, dan ini merupakan masalah karena awan hujan tidak selalu terjadi," ujarnya.

Meskipun demikian, ia mengatakan bahwa hal itu berdampak besar pada curah hujan di negara tersebut.

"Penyemaian awan meningkatkan tingkat curah hujan sekitar 10 hingga 30 persen per tahun, Menurut perhitungan kami, pelaksanaan penyemaian awan jauh lebih murah dibandingkan proses desalinasi," imbuhnya.

Ada kekhawatiran tentang teknologi ini misalnya menembakkan partikel ke dalam awan, meskipun belum terbukti adanya risiko beracun. Selain itu kekhawatiran lainnya yaitu bahwa penyemaian awan mungkin tidak menghasilkan lebih banyak hujan secara keseluruhan, tetapi malah menyebabkan hujan turun lebih awal dari waktu yang seharusnya, sehingga mengurangi curah hujan di daerah lainnya yang juga membutuhkan.

Otoritas UEA Tidak Bertanggung Jawab

Banjir telah muncul di Uni Emirat Arab setelah dilakukannya penyemaian awan. Akan tetapi, badai yang terjadi pada hari Selasa itu merupakan hujan dengan skala besar yang tidak pernah terjadi sebelumnya di negara tersebut.

Meskipun begitu, pihak berwenang Uni Emirat Arab mengatakan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan mereka.

"Salah satu prinsip dasar dari penyemaian awan adalah bahwa Anda harus menargetkan awan yang masih dalam tahap awal sebelum turunnya hujan. Jika situasi badai petir sudah parah, maka sudah terlambat untuk melakukan operasi penyemaian apa pun," kata Wakil Dirjen NCM, Omar Al Yazeedi.

Dia menambahkan bahwa lembaganya tidak melakukan misi cloud seeding selama kejadian tersebut.

*Artikel ini ditulis oleh Mohammad Frizki Pratama, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Bikin Cokelat Dubai Sendiri Yuk, Siapin Bahan Berikut Ini!"
[Gambas:Video 20detik]
(fay/fay)