Menggunakan AI (kecerdasan buatan), seseorang bisa mengecek kapan kira-kira dia akan meninggal. Teknologi 'death calculator' ini bahkan diklaim bisa menyuguhkan perkiraan yang 'cukup akurat'.
"Kami menggunakan teknologi di balik ChatGPT untuk menganalisis kehidupan manusia dengan merepresentasikan setiap orang sebagai rangkaian peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka," kata Sune Lehmann, penulis utama riset.
Dalam laporan tersebut, profesor jaringan dan sistem kompleks dari Technical University of Denmark, dan rekan penulisnya memperkenalkan algoritma yang dikenal sebagai 'life2vec'. Live2vec menggunakan rincian tertentu dari kehidupan seseorang termasuk pendapatan, profesi, tempat tinggal dan riwayat kesehatan. Data tersebut nantinya akan diolah sehingga menghasilkan angka harapan hidup dengan akurasi 78%.
"Kami memperkirakan kematian karena hal ini merupakan sesuatu yang telah dilakukan orang selama bertahun-tahun (misalnya, perusahaan asuransi), hingga kami memiliki gambaran yang baik tentang apa yang mungkin terjadi," ujarnya kepada The Post seperti dilansir Selasa (26/12/2023).
Untuk membuktikan akurasinya, life2vec telah melakukan penelitian pada sejumlah responden. Dengan menggunakan informasi yang diberikan, life2vec berhasil memperkirakan dengan baik siapa saja yang meninggal pada tahun 2020.
Berdasarkan penelitian, beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap kematian dini adalah mereka yang memiliki jenis kelamin laki-laki, punya diagnosis kesehatan mental, atau merupakan seseorang dengan profesi terampil. Mereka yang berpenghasilan yang lebih tinggi atau menduduki peran kepemimpinan terkait dengan umur yang lebih panjang.
Perlu dicatat, Lehmann menekankan kepada The Post bahwa tidak ada peserta penelitian yang diberikan prediksi kematiannya.
"Itu akan sangat tidak bertanggung jawab," katanya. Cek di sini untuk mengetahui 'death calculator' life2vec.
(ask/fay)