Lagi-lagi perubahan iklim menampakkan wajahnya. Kali ini, studi terbaru mengabarkan bahwa 2 dari 5 spesies amfibi dunia terancam punah.
Berdasarkan makalah di jurnal ilmiah Nature yang diterbitkan Rabu kemarin, para peneliti telah mengevaluasi kesehatan lebih dari 8 ribu spesies amfibi di seluruh dunia. Hasilnya, kurang lebih 41%-nya terancam punah. Hilangnya habitat, perubahan iklim, dan penyebaran penyakit diyakini sebagai penyebabnya.
"Untuk bisa selamat dari perubahan iklim yang begitu cepat, amfibi harus beradaptasi terhadap perubahan ini dan berpindah ke manapun. Kebanyakan kasusnya, perubahan terjadi terlalu cepat bagi kemampuan beradaptasi mereka sedangkan fragmentasi habitat menciptakan batas yang membuat berpindah ke mana pun menjadi begitu menantang," ujar Kelsey Neam, salah satu penulis makalah sekaligus koordinator spesies dan metrik untuk organisasi non-pemerintah Re:wild.
Laporan ini dibuat berdasarkan Global Amphibian Assessment kedua yang selesai tahun lalu. Ada lebih dari 1000 ilmuwan yang bekerja sama untuk memberikan penilaiannya terhadap ribuan spesies amfibi.
Adam Leaché, seorang profesor biologi di Universitas Washington sekaligus kurator di Museum Sejarah Alam dan Budaya Burke di Seattle, mengatakan penelitian ini mewakili pembaruan besar mengenai konservasi amfibi di seluruh dunia.
"Analisis tersebut menyeluruh dan komprehensif dan dipimpin oleh beberapa peneliti amfibi terkemuka di dunia," ujar Leache yang bukan bagian dari kelompok peneliti, seperti yang dikutip detikINET dari NBCNews, Jumat (06/10/2023)
Leache mengaku bahwa apa yang diungkapkan makalah ini mewakili apa yang ia lihat di sekitarnya.
Ia dan kelompok penelitiannya pernah melakukan survei di Afrika Barat untuk melacak spesies amfibi. Begitu mereka kembali ke sana, amfibi tersebut sudah sulit terlihat, hutannya sudah gundul, habitat mereka hilang.
Studi ini memperlihatkan bagaimana manusia telah mengubah dunia pada skala yang begitu cepat dan mengakibatkan kerusakan di banyak aspek kehidupan.
*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Video: Stasiun Luar Angkasa Versi Kutub Utara"
(fyk/fyk)