Negara maju ditandai dengan perkembangan sains dan teknologinya. Untuk itu, selain kemampuan para saintis maka perlu tersedia sarana dan prasarana yang memadai, antara lain dalam bentuk area yang mencakup kegiatan riset canggih dan industri sehingga hasil penelitian benar-benar dapat dimanfaatkan.
Singapura sudah sejak tahun 1980 memulai pembangunan Taman Sains atau lebih tepat disebut 'Kawasan Sains' dalam bentuk Singapore Science Park di area amat luas, 30 hektar, kemudian didirikan pula Singapore Science Park II di area seluas 20 hektar.
Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan mengunjungi Singapore Science Park II dan melihat secara langsung kegiatan salah satu laboratorium riset diagnostik yang ada, yaitu Acumen.
Baca juga: 12 Ilmuwan Indonesia yang Karyanya Mendunia |
Laboratorium ini 'starts-up' oleh seorang saintis wanita muda, dalam skala kecil pada 2010, lalu berkembang dan dapat dikatakan mencapai puncaknya ketika COVID-19 melanda, lalu bertransformasi sesudah situasi pandemi COVID-19 mereda.
Di Singapore Science Park, mereka berinovasi dalam hal laboratorium genomik dan Polymerase Chain Reaction (PCR), dalam bentuk high-complexity lab test dalam bentuk comprehensive multi-disciplinary PCR test pipeline, sebuah pendekatan yang dapat juga dilakukan di negara kita, kalau tersedia semacam Science Park atau Kawasan Sains.
Laboratorium riset Acumen ini, di masa sesudah pandemi COVID-19, berhasil meraih dua paten, yaitu biomarker mRNA untuk sepsis serta pengembangan PCR assay. Dalam pelaksanaan sehari-hari juga dilakukan PCR pathogen ID Test untuk berbagai kelainan infeksi paru serta Unyvero Intra-Abdominal Infection (IAI) untuk infeksi saluran cerna.
Ada dua lagi hasil riset mereka yang amat menarik, yang baiknya juga dikembangkan di negara kita. Pertama adalah tes PCR untuk skrining kanker kolorektal dan kanker serviks/leher rahim.
Menariknya, pengambilan sampel untuk pemeriksaan skrining kanker leher rahim dapat dilakukan sendiri oleh pasien, jadi amat mempermudah dan menghilangkan ewuh pekewuh jika pengambilan sampel lewat vagina harus dilakukan petugas kesehatan.
Jadi riset itu pada dasarnya memang bukan hanya hasil yang prima tetapi juga metode yang lebih mudah dan nyaman. Hasil riset kedua yang juga amat menarik adalah Pharmacogenomic PCR Genotyping, yang dengan pemeriksaan ini maka kita akan dapat tahu apakah secara genomik kita cocok atau tidak dengan ratusan obat yang beredar.
Saya pun menjalani pemeriksaan ini, dan dengan hasilnya saya sudah punya daftar bahwa secara genomik maka kalau saya konsumsi obat A misalnya maka memang tetap untuk saya, atau dosisnya harus diubah, atau sebaiknya mencari obat lain untuk mengatasi penyakit yang ada, kalau sekiranya diperlukan. Berbagai studi dan temuan ilmiah tingkat tinggi ini tentu juga dapat dikembangkan oleh para pakar dan saintis kita.
Adalah tugas pemerintah untuk memberi dukungan dalam bentuk sarana dan prasarana yang memadai antara lain dalam bentuk Kawasan Sains berskala besar yang punya dua kegiatan utama. Pertama, menghasilkan penelitian canggih bermutu tinggi. Kedua, akan langsung menghubungkannya dengan kemungkinan industri dan pemanfaatannya. Semoga Kawasan Sains segera terwujud di negara kita, selain pengembangan Kawasan Industri yang kini luas di berbagai daerah.
*) Profesor Tjandra Yoga Aditama adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar FKUI.
Simak Video "Video: Stasiun Luar Angkasa Versi Kutub Utara"
(rns/afr)