Astaga! Riset Ungkap Kotoran Bayi Penuh Mikroplastik

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 24 Sep 2021 08:15 WIB
Foto: Getty Images
Jakarta -

Ketika terdegradasi, bahan plastik akan pecah menjadi potongan-potongan super kecil. Mikroplastik ini tanpa kita sadari ada di air, udara, dan tanah sehingga mengkontaminasi tubuh manusia termasuk bayi.

Dalam sebuah studi, peneliti memilah-milah popok kotor bayi dan menemukan rata-rata 36.000 nanogram polietilen tereftalat (PET), bahan mikroplastik, per gram kotoran. Angka ini 10 kali jumlah yang mereka temukan di kotoran orang dewasa.

Peneliti bahkan menemukan PET ada di kotoran pertama bayi yang baru lahir. Untuk diketahui, PET adalah polimer yang sangat umum yang dikenal sebagai poliester yang digunakan untuk bahan pakaian hingga botol plastik.

Temuan ini muncul setahun setelah tim peneliti lain memperkirakan bahwa menyeduh susu formula panas dalam botol plastik sangat besar kemungkinan melarutkan bahan tersebut. Ini membuat bayi terkontaminasi beberapa juta mikroplastik per hari, dan mungkin hampir satu miliar partikel per tahun.

Dikutip dari Wired, para ilmuwan berpikir bahwa dalam beberapa hal, bayi terkena lebih banyak paparan. Selain minum dari botol, bayi bisa menelan mikroplastik dengan berbagai cara. Misalnya, mereka memiliki kebiasaan memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya, termasuk semua jenis mainan plastik, juga menggigit kain.

Selain itu, paparan juga didapat dari makanan bayi yang dibungkus plastik sekali pakai, minum dan makan gelas dan piring plastik, karpet tempat mereka merangkak sering kali terbuat dari poliester, bahkan lantai kayu keras dilapisi polimer yang melepaskan mikroplastik. Semua ini dapat menghasilkan partikel kecil yang terhirup atau tertelan oleh anak-anak.

Debu dalam ruangan juga muncul sebagai rute utama paparan mikroplastik, terutama untuk bayi. Beberapa penelitian udara di dalam ruangan telah menunjukkan bahwa setiap hari, di sebuah rumah tangga biasa, ada 10.000 serat mikro mungkin mendarat di satu meter persegi tanah atau lantai, setelah terlepas dari pakaian, sofa, dan seprai. Bayi menghabiskan banyak waktu mereka merangkak melalui barang-barang, mengaduk-aduk serat yang mengendap dan menendangnya ke udara.

"Sayangnya, dengan gaya hidup modern, bayi terpapar pada begitu banyak hal berbeda yang kita tidak tahu efek apa yang dapat mereka timbulkan di kemudian hari," kata Kurunthachalam Kannan, ilmuwan kesehatan lingkungan di New York University School of Medicine dan rekan penulis yang muncul di jurnal Environmental Science and Technology Letters.

Para peneliti melakukan penghitungan dengan mengumpulkan popok kotor dari enam anak berusia 1 tahun dan mengalirkan kotoran melalui filter untuk mengumpulkan mikroplastik. Mereka melakukan hal yang sama dengan tiga sampel mekonium-tinja pertama bayi baru lahir-dan sampel tinja dari 10 orang dewasa.

Selain menganalisis sampel untuk PET, mereka juga mencari plastik polikarbonat, yang digunakan sebagai alternatif ringan untuk kaca, misalnya pada lensa kacamata. Untuk memastikan bahwa mereka hanya menghitung mikroplastik yang berasal dari usus bayi, dan bukan dari popok mereka, mereka mengesampingkan bahan plastik yang berasal dari popok yaitu polipropilen, polimer yang berbeda dari polikarbonat dan PET.

Hasilnya menyebutkan, konsentrasi PET 10 kali lebih tinggi pada bayi dibandingkan pada orang dewasa, sementara tingkat polikarbonat lebih merata di antara kedua kelompok. Para peneliti menemukan jumlah yang lebih kecil dari kedua polimer dalam mekonium, menunjukkan bahwa bayi dilahirkan dengan plastik yang sudah ada di sistem tubuh mereka. Ini memperkuat penelitian sebelumnya yang telah menemukan mikroplastik di plasenta dan mekonium manusia.

Selanjutnya: Dampak pada kesehatan




(rns/afr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork