Komet C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS) dengan orbit 80.000 tahun, terlihat sesaat setelah matahari terbenam di langit barat di atas Dermaga Fisherman’s Walk saat dua orang pria memancing di Pulau Tybee, Georgia, Amerika Serikat, Minggu (13/10/2024). (REUTERS/Sam Wolfe)
Komet langka ini terlihat di Makedonia Utara, Spanyol, hingga sejumlah wilayah di Amerika Serikat. (REUTERS/Sam Wolfe)
Komet C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS) juga dikenal sebagai komet abad ini. (REUTERS/Sam Wolfe)
Kehadiran komet Tsuchinshan-ATLAS menjadi momen yang langka karena komet ini tidak akan kembali selama 80.000 tahun ke depan. Munculnya Tsuchinshan-ATLAS membuatnya menjadi fenomena astronomi yang sangat istimewa. (REUTERS/Jon Nazca)
Komet ini berasal dari Awan Oort, sebuah wilayah jauh di tepi tata surya yang menjadi tempat asal banyak komet kuno. (REUTERS/Jon Nazca)
Komet kuno ini pertama kali terdeteksi pada tahun 2023 dan mengikuti jalur elips yang sangat panjang di dalam tata surya. Setelah melewati matahari bulan lalu, para ilmuwan sempat khawatir bahwa komet ini akan hancur karena panas yang ekstrem. (REUTERS/Sam Wolfe)
Namun, komet Tsuchinshan-ATLAS berhasil bertahan dan sedang menuju jarak terdekatnya dengan Bumi, yaitu sekitar 70 juta kilometer. (REUTERS/Sam Wolfe)
Bill Cooke, seorang astronom NASA, menjelaskan bahwa komet sering kali rapuh karena dampak panas matahari terhadap es air dan gas-gas volatile seperti karbon monoksida dan dioksida. Meski demikian, Tsuchinshan-ATLAS tetap utuh dan menjadi tontonan langka bagi pengamat langit. (REUTERS/David Swanson)