Bayi tak merasakan sakit: Dulu, diyakini bayi tidak dapat merasakan sakit, sehingga sering dioperasi tanpa anestesi. Dokter menggunakan obat pelemas otot dengan efek melumpuhkan untuk menghentikan gerakan bayi. Artinya, meski tak bergerak atau menangis saat dioperasi, mereka masih dapat melihat, mendengar, dan merasakan segala sesuatu yang dilakukan. Kepercayaan bahwa bayi di bawah usia 15 bulan tak merasa sakit diterima secara luas hingga akhir 1980-an. Foto: Getty Images/BongkarnThanyakij
Jasa Jenghis Khan: Abad ke-13, Jenghis Khan membunuh begitu banyak orang sehingga tingkat karbon dioksida di atmosfer berkurang signifikan. Selama 21 tahun pemerintahan, pasukan Jenghis Khan bertanggung jawab atas kematian hingga 40 juta orang. Karena tak ada yang tersisa untuk mengolah tanah, lahan tumbuh kembali jadi hutan penyerap karbon. Diperkirakan 700 juta ton karbon hilang dari atmosfer, setara karbon dioksida yang dihasilkan dalam setahun melalui konsumsi bahan bakar global. Foto: (Wahyu/detikTravel)
Dikubur hidup-hidup: Dikubur hidup-hidup cukup umum pada abad ke-18. Pada saat angka kematian sangat tinggi sehingga dokter tidak selalu hadir untuk memastikan pasien meninggal, saksi sering menganggap kurangnya pernapasan atau denyut nadi sebagai bukti yang cukup. Karena sering terjadi, orang mulai mengambil tindakan tambahan untuk memastikan mayat sudah mati, termasuk berteriak di telinga, menusukkan jarum, dan mencambuk. Di Jerman, didirikan ‘rumah sakit orang mati’ untuk mengamati proses pembusukan sebelum jenazah dikubur. Beberapa di antaranya masih ada hingga tahun 1950-an Foto: iStock
Harimau pembantai: Seekor harimau diperkirakan membunuh 436 orang di Nepal dan wilayah Kuamon di India pada pergantian abad ke-20. Meski harimau jarang menyerang manusia, diyakini bahwa seiring berjalannya waktu, 'Harimau Champawat' menjadi bergantung pada daging manusia untuk bertahan hidup. Karena habitat alaminya dirusak dan hewan kecil bermigrasi atau jadi langka karena perburuan liar, sepertinya tidak ada pilihan selain menyerang desa terdekat untuk mendapat makanan. Terornya berlangsung hampir satu dekade hingga akhirnya terbunuh tahun 1907. Foto: Photo by Dibyangshu SARKAR/AFP
Pengasuh keji: Pada abad ke-19, seorang wanita digantung karena membunuh anak-anak yang dia janjikan untuk diasuh. Minnie Dean merawat bayi-bayi yang tidak diinginkan untuk mencari uang. Banyak di antara mereka jatuh sakit dan meninggal, atau menghilang secara misterius. Penyelidik akhirnya menyimpulkan dia membunuh anak-anak yang dia rawat, bahkan ada dugaan dia membuang jenazah mereka di kotak. Dia adalah satu-satunya wanita yang pernah dijatuhi hukuman mati di Selandia Baru.Foto: Getty Images/iStockphoto/Pekic
Gigi palsu dari mayat: di 1800-an, banyak gigi palsu dibuat menggunakan gigi tentara yang tewas. Gigi palsu merupakan masalah besar di kalangan kelas atas pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Pola makan tinggi gula dikombinasikan dengan upaya awal untuk memutihkan gigi yang justru mengikis, berarti kondisi gigi mereka cukup buruk. Cara termudah dan paling menguntungkan mendapat gigi manusia untuk dijadikan gigi palsu adalah mengambil dari mayat. Terlebih banyak perang saat itu. Foto: Thinkstock
Pembunuhan Hinterkaifeck: Pada tahun 1922, seluruh keluarga di Munich, Jerman dibunuh di lahan pertanian mereka dalam keadaan sangat misterius. Pembunuhnya tidak pernah ditemukan. Dikenal sebagai Pembunuhan Hinterkaifeck, lima anggota keluarga Gruber dan pembantu mereka, terbunuh di rumah mereka. Pada hari-hari jelang pembunuhan terdapat jejak kaki di salju yang mengarah dari hutan ke rumah tapi tidak kembali, satu set kunci rumah hilang, dan pelayan sebelumnya yakin rumah itu berhantu karena suara-suara aneh yang datang dari loteng. Foto: Getty Images/iStockphoto/Artem_Furman
Foto orang mati: Di Inggris pada zaman Victoria, orang-orang biasanya memotret kerabat mereka yang telah meninggal dalam posisi seperti masih hidup untuk disimpan sebagai kenang-kenangan. Karena fotografi masih baru dan mahal pada saat itu, seringkali hanya pada saat inilah seseorang mengambil fotonya, khususnya pada anak-anak dan bayi. Foto: REUTERS/Claudia Morales
Jasad manusia untuk obat: Jenazah manusia merupakan bahan umum dalam pengobatan hingga abad ke-20, paling sering digiling menjadi bubuk halus yang bisa dibuat menjadi pil atau diaduk jadi minuman seperti coklat panas. Banyak orang beranggapan memakan bagian tubuh tertentu akan membantu menyembuhkan penyakit yang ada pada bagian tersebut, misalnya bubuk tengkorak yang dihancurkan dipercaya dapat menyembuhkan sakit kepala. Foto: Thinkstock
Buku dari kulit manusia: Beberapa buku yang dibuat pada abad ke-18 dan ke-19 dijilid dengan kulit manusia asli. Disebut bibliopegi antropodermik, buku-buku tersebut dibuat dengan cara yang sama seperti buku bersampul kulit pada umumnya, namun menggunakan kulit manusia dan bukan kulit binatang. Terdapat kurang dari sepuluh buku semacam ini yang telah diuji dan dikonfirmasi, dan sebagian besar isinya mengenai anatomi atau erotika. Foto: ilustrasi