15 Hal yang Biasa, Tapi Tidak Lazim di Jepang dan Alasannya

Hindari mengambil barang yang terjatuh dari seseorang di jalan. Meskipun turis ingin bermaksud baik untuk menemukan ke pemiliknya namun di Jepang lebih baik memindahkan barang tersebut ke tempat yang yang lebih mudah terlihat di lokasi yang sama sehingga akan memudahkan pemiliknya untuk menemukannya saat mereka kembali untuk mengambilnya. Atau jika barang tersebut tampak berharga dapat dibawa ke kantor polisi terdekat. (Foto: Brightside)

Di Jepang mengenakan baju yang terlalu terbuka bukanlah hal yang umum. Mereka lebih memilih berpakain sopan karena sebuah norma, dan wanita terutama orang dewasa cenderung menutupi bahu dan bagian tengah tubuh mereka bahkan dalam cuaca yang hangat sekalipun. (Foto: Brightside)

Orang Jepang pada umumnya tidak menyukai percakapan yang keras. Agar tidak dianggap sebagai turis yang tidak sopan, disarankan untuk tidak terlibat dalam percakapan keras atau gerakan yang berlebihan, karena beberapa orang Jepang menganggap orang asing terlalu berisik terutama di dalam transportasi uum. Sebaiknya hindari berbicara di telepon atau, jika perlu, lakukan secara diam-diam dengan memalingkan wajah atau menutupi pembicaraan. Pedoman etiket ini juga berlaku di luar area publik. (Foto: Brightside)

Orang asing tidak terlalu memikirkan postur tubuh mereka. Penduduk lokal Jepang sering kali memiliki mata yang tajam untuk mengenali orang asing, dan salah satu ciri khas yang biasanya mereka perhatikan adalah postur tubuh mereka. Mereka menggunakan istilah "punggung kucing" atau menyebutnya sebagai bungkuk, dalam istilah yang lebih sederhana. Ini adalah ciri khas orang Jepang karena mereka biasanya memprioritaskan untuk mempertahankan postur tubuh yang tegak dan penuh perhatian, dan jarang sekali membungkuk. (Foto: Brightside)

Wisatawan mungkin akan merasa sedikit bingung saat naik taksi di Jepang karena kebiasaan lokal yang berbeda dengan kebiasaan mereka. Ketika memanggil taksi di sini, penting untuk mengangkat tangan tinggi-tinggi dan bukannya mengulurkannya ke samping, berbeda dengan kebiasaan yang biasa dilakukan di tempat lain. Selain itu, sangat penting untuk tidak menyentuh pintu mobil karena, di Jepang pengemudi bertanggung jawab untuk membukakan pintu bagi penumpang, untuk memastikan pengalaman yang sopan dan lancar. (Foto: Brightside)

Parfum jarang digunakan oleh orang Jepang. Di Jepang, orang-orang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap aroma, dan akibatnya, mereka sering menganggap parfum sebagai sesuatu yang berlebihan. Menurut Franco Wright, pendiri sebuah butik parfum, beberapa orang Jepang bahkan menganggap aroma yang kuat sebagai sesuatu yang menyinggung. Bagi penduduk setempat, wewangian yang paling dihargai adalah tidak adanya aroma apa pun. (Foto: Brightside)

Di Jepang, meninggalkan tip bukanlah hal yang lazim. Jepang memiliki norma yang jelas untuk tidak memberikan tip, terutama di restoran, kafe, taksi, dan hotel. Penyedia layanan di Jepang bangga memberikan layanan terbaik mereka dan tidak mengantisipasi atau menghargai insentif tambahan seperti tip, yang bahkan mungkin dianggap tidak sopan. Sebagai gantinya, ucapan terima kasih yang sederhana dan sopan sudah cukup. (Foto: Brightside)

Sebaiknya hindari makan atau minum di tempat umum. Meskipun tidak dilarang, makan di tempat umum, terutama jika makanannya dikemas, tidak terlalu dianjurkan di Jepang. Budaya Jepang sangat menjunjung tinggi kebersihan, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang apakah orang-orang akan membuang sampah mereka dengan bertanggung jawab setelah makan. (Foto: Brightside)

Menyembunyikan tato adalah hal yang umum di Jepang. Tato di Jepang tidak terlalu umum dibandingkan dengan bagian lain di dunia. Mereka yang memilikinya sering menyembunyikannya dengan pakaian atau aksesoris khusus seperti gelang dan stoking elastis saat pergi ke tempat kerja atau tempat umum. (Foto: Brightside)

Di Jepang, melepas sepatu sebelum memasuki rumah orang lain adalah hal yang biasa. Praktik ini berakar pada persepsi orang Jepang tentang kebersihan, di mana ruangan dikategorikan sebagai bersih atau kotor. Seluruh rumah, kecuali toilet, termasuk dalam kategori bersih. Untuk menghindari tamu membawa sepatu luar ruangan mereka dari teras ke kamar mandi, orang Jepang telah memperkenalkan sandal khusus untuk area kotor. (Foto: Brightside)

Di Jepang, wisatawan sering kali merasa tidak yakin bagaimana cara menyapa orang lain. Budaya Jepang pada umumnya tidak menyukai kontak tubuh yang terlalu dekat, jadi hindari menyentuh, memeluk, atau menepuk punggung orang lain. Jabat tangan adalah bentuk kontak fisik yang dapat diterima, tetapi sebaiknya kamu menunggu orang Jepang yang memulainya. Jika tidak, membungkukkan badan dengan sopan adalah cara yang aman dan hormat untuk menyapa seseorang. (Foto: Brightside)

Membunyikan klakson dianggap tidak pantas. Di Jepang, dua hal yang paling dihargai adalah kesabaran dan kesopanan, dan nilai-nilai ini dijunjung tinggi bahkan di tengah kemacetan. Bersabar dalam berlalu lintas dan menahan diri untuk tidak mengganggu sesama pengendara dengan suara klakson yang keras adalah norma sosial. (Foto: Brightside)

Di Jepang, bukan hal yang umum untuk mengekspresikan perhatian secara terbuka terhadap lawan jenis. Dalam budaya Jepang, masih ada perbedaan gender yang mencolok. Persahabatan antara pria dan wanita, terutama ketika seseorang memiliki pasangan romantis, adalah hal yang tidak biasa. (Foto: Brightside)

Secara umum, kamu tidak boleh menyerahkan kursi transportasi umum kamu. Meskipun kelihatannya aneh, orang Jepang tidak menawarkan tempat duduk mereka kepada orang lain di kereta bawah tanah, bus, atau kereta api. Beberapa orang bahkan menganggap hal tersebut menyinggung, karena dapat dianggap menunjukkan kelemahan seseorang. Penting untuk dicatat bahwa setiap gerbong kereta memiliki kursi yang diperuntukkan bagi penumpang lanjut usia dan penyandang disabilitas, yang diprioritaskan bagi mereka yang benar-benar membutuhkannya. (Foto: Brightside)

Menunjuk pakai jari sesuatu dianggap sebagai tanda agresi atau kekasaran. Ketika mencari petunjuk arah, sangat penting untuk mengingat kebiasaan budaya tertentu: jangan menunjuk. Dalam etiket Jepang, menunjuk dianggap sebagai gerakan yang berpotensi agresif atau tidak sopan. Sebagai gantinya, Anda bisa menggunakan seluruh tangan untuk menunjukkan arah atau, lebih baik lagi, mengandalkan komunikasi verbal. Jadi, lain kali jika kamu membutuhkan bantuan di Jepang, ingatlah pentingnya menjaga jari-jari agar tidak menunjuk dan pilihlah cara komunikasi yang lebih peka terhadap budaya. (Foto: Brightside)