Potret Hiroshima-Nagasaki Luluh Lantak Dibom Atom

Monumen Perdamaian Hiroshima atau dikenal sebagai Genbaku Dome (Atomic Bomb Dome) adalah bangunan yang terletak di pusat kota Hiroshima, Prefektur Hiroshima, Jepang. Monumen yang berupa sebagian gedung yang tersisa akibat ledakan bom atom merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1996. Foto: AP/Eugene Hoshiko

Pada 6 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom ke Hiroshima. Diikuti tanggal 15 Agustus di Nagasaki. AS menjatuhkan bom atom karena Jepang menolak menyerah meski sudah beberapa kali diultimatum. Foto: Getty Images

Ini adalah pertama kalinya bom atom dijatuhkan, hasil proyek Manhattan Project yang dipimpin oleh ilmuwan brilian J. Robert Oppenheimer. Foto: Getty Images

Selama dua sampai empat bulan berikutnya, efek dari bom atom menewaskan antara 90.000 dan 146.000 orang di Hiroshima dan 60.000 dan 80.000 orang di Nagasaki, kira-kira setengahnya terjadi di hari pertama. Berbulan-bulan sesudahnya, banyak orang meninggal karena luka bakar, penyakit radiasi, diperparah dengan penyakit lain dan malnutrisi. Meski Hiroshima memiliki garnisun militer cukup besar, sebagian besar yang tewas adalah warga sipil. Foto: Getty Images

Dijatuhkannya bom atom di dua kota itu mengakhiri sepak terjang Jepang di Perang Dunia 2. Mereka menyerah pada 15 Agustus 1945. Foto: Getty Images

Masih banyak perdebatan mengenai pembenaran etis dan hukum untuk pengeboman tersebut. Pendukung mengklaim bahwa pengeboman atom diperlukan untuk mengakhiri perang dengan sedikit korban di pihak Amerika Serikat. Foto: Getty Images

Adapun para kritikus percaya bahwa pengeboman itu tidak perlu untuk akhir perang dan adalah kejahatan perang. Mereka menyoroti implikasi moral dan etika dari serangan nuklir yang disengaja terhadap warga sipil. Foto: Getty Images

Oppenheimer, menurut penulis biografinya Kai Bird dan Martin J Sherwin, merayakan pemboman Hiroshima dan Nagasaki itu. Sebuah laporan tahun 1995 di The Atlantic menyebut ruangan dipenuhi siulan dan sorak-sorai dan Oppenheimer mendapat ucapan selamat usai bom dijatuhkan. Foto: Getty Images

Ia menyebut satu-satunya penyesalannya adalah bom itu belum selesai tepat waktu untuk digunakan melawan Jerman. Tapi meskipun mereka senang dengan pencapaian mereka, para ilmuwan itu tetap merasa ngeri dengan hilangnya nyawa banyak warga sipil dalam serangan. Foto: Getty Images

Oppenheimer pernah membela diri bahwa Manhattan Project merupakan sesuatu yang penting. Akan tetapi seiring waktu, ia tampaknya menyesal. Pada bulan Oktober 1945, Oppenheimer mengunjungi Presiden Harry S Truman, dan kabarnya memberitahunya, “Mr. Presiden, saya memiliki darah di tangan saya". Di masa selanjutnya, ia banyak mengkampanyekan bahaya bom nuklir. Foto: Istimewa