Ngeri, Gunung Sampah Jutaan Pakaian Bekas Cemarkan Kenya

Clean Up Kenya

Foto mengejutkan dari Kenya telah mengungkapkan borok besar dari tren fast fashion. Inggris misalnya, membuang 12 juta pakaian bekas di Nairobi setiap tahun yang sebagian terlalu kotor atau rusak untuk digunakan kembali, menurut sebuah temuan investigasi. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

Penyelidikan oleh Clean Up Kenya dan Wildlight for the Changing Markets Foundation merekam foto mengejutkan dari tempat pembuangan sampah Nairobi yang luas, yang terletak di dekat beberapa sekolah dasar, menunjukkan sampah pakaian di beberapa tempat menumpuk setinggi bangunan empat lantai dan tumpah ke sungai. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

Fast fashion mengacu pada 'pakaian yang diproduksi dengan harga murah yang meniru gaya catwalk terbaru dan dipasarkan dengan cepat melalui toko untuk memaksimalkan tren saat ini', menurut deskripsi dari Earth.org. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

Riset menunjukkan praktik memproduksi pakaian murah secara massal dan cepat memiliki dampak yang menghancurkan. "Dari pembuangan pewarna yang tidak diolah ke sumber air lokal, hingga upah pekerja yang rendah dan kondisi kerja yang buruk serta biaya lingkungan dan sosial," sebut peneliti dari Universitas Washington dalam sebuah studi tahun 2018. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

Investigasi memperkirakan bahwa dari 36.640.890 pakaian bekas yang dikirim langsung dari Inggris ke Kenya setiap tahun, hingga satu dari tiga mengandung plastik dan berkualitas rendah. Lebih dari dua pertiga (69 persen) tekstil kini terbuat dari plastik, seperti nilon dan poliester, yang sulit didaur ulang. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

Di antara barang-barang pakaian yang ditinggalkan yang ditemukan oleh penyelidik adalah barang-barang yang dibuat antara lain oleh M&S, Nike, dan Yves Saint Laurent. Pedagang baju di Kenya melaporkan ada pakaian yang kotor oleh muntahan, noda berat, dan bulu hewan. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

Catatan pabean menunjukkan bahwa pengekspor langsung pakaian bekas terbesar ke Kenya di Eropa pada tahun 2021 adalah Jerman, Polandia, dan Inggris. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

"Hal ini dikenal sebagai limbah kolonialisme dan seharusnya ilegal. Sebagian besar pakaian yang disumbangkan untuk amal oleh orang-orang yang bermaksud baik berakhir dengan cara ini," sebut Clean Up Kenya. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

Ya, sebagian pakaian ini sebenarnya adalah untuk amal dan dianggap masih layak pakai, akan tetapi jumlahnya terlampau banyak dan banyak juga yang tidak bisa dikenakan. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

Pedagang membeli pakaian yang dibungkus secara random dan dapat membuang persentase yang ternyata tidak berguna. Sebenarnya, kecanduan kita pada mode pakaian membebani negara-negara miskin seperti Kenya di mana tanah, udara, dan air jadi tercemar. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya

George Harding-Rolls, Manajer Kampanye dari Changing Markets Foundation, berkata bahwa kecuali industri fashion berubah secara mendasar, apa yang telah kita lihat di Kenya dan di seluruh dunia hanyalah permulaan. "Solusinya bukan menutup perdagangan pakaian bekas, tapi mereformasinya. Industri hedonistik ini membutuhkan batasan dan aturan," cetusnya. Foto: Clean Up Kenya

Clean Up Kenya
Clean Up Kenya
Clean Up Kenya
Clean Up Kenya
Clean Up Kenya
Clean Up Kenya
Clean Up Kenya
Clean Up Kenya
Clean Up Kenya
Clean Up Kenya
Clean Up Kenya