Google Glass, Kacamata Canggih Menawan Tapi Gagal Total

Google Glass diluncurkan oleh Google pada tahun 2013 dan prototipenya sempat dijual terbatas di tahun yang sama. Desainnya yang menawan dan fitur diklaim canggih membuat gadget ini menarik perhatian luas. Ini kala pendiri Google Sergey Brin memakainya. Foto: Getty Images

"Google Glass adalah sebuah masterpiece. Perangkat ini mengkombinasikan fungsi dan fitur beragam dalam unit yang sangat kecil," kata desainernya kala itu. "Selain ponsel dan kamera, juga ditawarkan koneksi internet dan termasuk juga GPS," tambahnya. Foto: Getty Images

"Fungsi kunci Google Glass adalah layer visual yang membuka kemungkinan baru mengagumkan. Ia memiliki proyektor mini, yang memproyeksikan layer tersebut melalui prisma semi transparan yang diarahkan langsung ke retina mata," jelasnya. Foto: Getty Images

Pengguna diklaim dapat mengambil gambar dan video dan dapat menggunakan gerak, suara, dan sentuhan untuk mengontrolnya. Google Glass telah disisipkan dengan email dan layanan kalender khusus agar bisa dibaca di kacamatanya langsung. Juga Google Glass memungkinkan pemakai untuk menerima panggilan telepon. Foto: Getty Images

Cukup dengan sentuhan seperti ini, Google Glass bisa mengoperasikan beberapa fungsi. Namun saat itu sempat ada kecemasan kacamata ini bisa disalahgunakan sebagai perangkat pengintaian. Foto: Getty Images

Desainnya yang menawan juga bisa dimanfaatkan sebagai aksesori fashion. Bahkan ada peragaan busana memanfaatkan Google Glass kala itu. Foto: Getty Images

Namun digadang-gadang jadi perangkat canggih favorit, kacamata pintar Google Glass layu sebelum berkembang. Tahun 2017, Google tidak lagi mengembangkannya. Kemudian dibangkitkan lagi sebagai Google Glass Enterprise Edition tapi kurang bergaung. Foto: Getty Images

Astro Teller, yang kala itu direktur GoogleX yang adalah laboratorium pengembangan perangkat canggih Google, mengakui kalau perusahaannya membuat beberapa kesalahan fatal. Seharusnya, Google bisa menangani isu seperti baterai dan masalah privasi Google Glass dengan lebih baik. Foto: Getty Images

Perangkat ini juga diekspos terlalu berlebihan. Padahal sebenarnya, Google Glass masih prototipe dan dalam masa eksperimen. Tapi para petinggi Google tidak menjelaskan hal tersebut sehingga harapan masyarakat terlanjur begitu besar. Foto: Getty Images

"Keputusan yang buruk adalah kami mengizinkan dan bahkan terkadang mendorong terlalu banyak perhatian pada program ini. Orang menganggap ini adalah produk konsumer yang sudah matang, padahal Glass versi Explorer dulu adalah perangkat untuk pembelajaran," kata Astro. Foto: Getty Images