Aksi Rudal Stinger yang Jadi Momok Angkatan Udara Rusia

Stinger mudah dioperasikan, tidak perlu pelatihan intensif, dengan jarak tembak sampai lebih dari 4 kilometer. Ia dapat dipanggul oleh tentara dan ditembakkan, atau bisa pula diletakkan di kendaraan taktis. Foto: Raytheon

Aksi rudal Stinger ketika militer AS latihan perang dengan militer Korea Selatan beberapa waktu yang lalu. Foto: KIM JAE-HWAN/AFP/Getty Images

AS dan anggota NATO sejauh ini telah mengirimkan 2.000 unit misil FIM-92 Stinger ke pihak Ukraina. Foto: Wikipedia

Sebagian rudal itu sudah digunakan, kabarnya telah merontokkan helikopter militer Rusia di dekat Kyiv hingga terbakar api. Foto: Raytheon

"Saya pikir kami semua sangat kagum dengan efektifitas angkatan bersenjata Ukraina dalam menggunakan peralatan yang kami sediakan untuk mereka," sebut pejabat Departemen Pertahanan AS. Foto: Raytheon

Stinger sendiri adalah buatan perusahaan AS, Raytheon Missile Systems. Foto: Raytheon

Peluru kendali darat ke udara ini mulai dioperasikan sejak tahun 1981 dan diandalkan oleh AS serta 29 negara lainnya. Foto: Raytheon

Sudah lebih dari 700 ribu rudal Stinger diproduksi dalam berbagai varian dan telah diandalkan dalam berbagai medan pertempuran. Foto: Raytheon

Misil ini dapat menembak jatuh helikopter, tapi bisa pula mengincar pesawat yang terbang rendah, drone, sampai misil yang ditembakkan oleh musuh. Foto: Raytheon

Ukuran misilnya sepanjang 1,52 meter, 70 mm, dan sirip 100 mm. Berat Stinger adalah 10,1 kilogram dan rudal ini dapat digunakan di segala cuaca. Foto: Raytheon

Dalam perang di Afghanistan melawan Uni Soviet di tahun 1980-an, Stinger menjadi senjata andalan kaum militan di sana. Kabarnya, 250 pesawat militer Uni Soviet jatuh ditenbak oleh rudal ini. Foto: Raytheon

"Stinger dapat dipakai di pertempuran di perkotaan di mana kru yang mengoperasikannya dapat bersembunyi di bunker atau bangunan dan menembak helikopter serta pesawat yang terbang rendah," sebut pengamat militer. Foto: Raytheon