Wujud Spesies Baru yang Ditemukan di Laut Indonesia

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan National University of Singapura (NUS) menggelar Ekspedisi keanekaragaman hayati South Java Deep Sea (Sjades) dari 23 Maret sampai 5 April 2018. Foto: BRIN

Hasil ekspedisi Sjades ini kemudian diterbitkan di Journal Raffles Bulletin of Zoology Supplement No. 36 pada 6 Agustus 2021 ini Foto: Dok. Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN

Ekspedisi Sjades tersebut mengumpulkan sampel biologis total dari 63 stasiun di kedalaman melebihi 2.000 meter, hingga saat ini dilaporkan telah menghasilkan 36 makalah teknis yang sudah diterbitkan. Foto: Dok. Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN

“Kami berhasil menemukan satu genus baru, 27 spesies baru dan lebih dari 260 rekor baru untuk Indonesia,” ujar Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN, Dwi Listyo Rahayu. Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN

Bahkan, peneliti mengungkapkan lebih dari 12.000 spesimen dari 8.000 spesies berhasil dikumpulkan. Terdiri dari 1.000 spesies Ikan, 940 spesies Udang, 450 spesies Kepiting, dan 430 spesies Squat Lobster. Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN

Selain itu 3.600 spesies Kerang, 3.200 spesies Bintang Laut dan Bulu Babi, 900 spesies Cacing Laut, serta 700 spesies Hermit Crabs. Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN

Tahun 2021 keluar publikasi untuk Annelida (Polychaeta) (1 taxon) – Cacing; Mollusca (Bivalvia) (1 taxon)- Kerang; Crustacea (Isopoda) (1 taxon) Kecoak laut; Crustasea-Kelomang (2 taxa); Crustacea-Kepiting (8 taxa); dan Crustacea (Tanaidacea) (3 taxa) krustasea. Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN

Sebelumnya di Tahun 2019-2020 publikasi yang terbit terkait Pisces (2 taxa)- ikan; Echinodermata (Asteroidea) (2 taxa) - Bintang Laut; Udang/lobster; Crustacea (Isopoda) (1 taxa) Kecoak laut; dan Kepiting Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN

Adapun pemilihan Jawa Barat Daya sebagai lokasi ekspedisi akan membantu memperbaiki bias pengambilan sampel historis di timur Garis Weber, dan menghasilkan baseline informasi keanekaragaman hayati untuk perairan yang lebih dalam di lepas pantai barat daya Jawa. Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN

“Hal ini penting tidak hanya untuk ilmu kelautan secara umum, pengetahuan kita tentang laut dalam, tetapi juga untuk memahami keanekaragaman hayati perairan dalam di selatan Jawa, dan Indonesia, serta memungkinkan negara untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sana dengan lebih optimal,” tambah Dwi. Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN

Ekspedisi Sjades melibatkan 31 peneliti dan staf pendukung dari Indonesia dan Singapura, termasuk di dalamnya empat ilmuwan Prancis dan Taiwang yang diundang secara khusus, yaitu Prof. Bertrand Richer de Forges, Prof. Chan Tin-Yam, Dr Lin Chia-Wei, dan Dr Yang Chien-Hui. Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN

Dwi menjelaskan, Richer de Forfges misalnya, telah memimpin puluhan kapal pesiar dan berpartisipasi dalam ratusan ekspedisi laut dalam selama 40 tahun terakhir di seluruh Indo-Pasifik. Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN

“Pengalaman serta keahliannya sangat berguna selama pelayaran. Sedangkan Prof. Chan dan timnya telah menjadi bagian dari banyak ekspedisi Prancis selama satu dekade terakhir,” kata Dwi. Foto: Dok. Pusat Riset Oseanografi BRIN