Kisah Sedih Startup Sepeda Online Ofo, Dirangkum dalam Foto
Seorang pekerja mengambil sepeda Ofo yang berserakan di kota Beijing untuk digunakan kembali. Foto: Reuters
Dalam surat internal pada karyawan Ofo yang beredar di media setempat, pendiri dan CEO Ofo, Dai Wei, mengakui kalau perusahaannya dalam tekanan keuangan. Bahkan tak menutup kemungkinan mereka mengajukan kebangkrutan. Dai belum lama ini juga masuk daftar hitam di pengadilan Beijing karena tak memenuhi kewajiban membayar hutang. Foto: Reuters
Pengguna Ofo yang dulunya loyal, kini pun mulai cemas terhadap nasib perusahaan. Mereka antara lain terlihat mengantre di kantor Ofo di Beijing untuk meminta kembali uang deposit yang mereka bayar di muka Foto: Reuters
Sekitar 12 juta orang sejauh ini telah meminta kembali uang mereka secara online. Foto: Reuters
Sepeda Ofo yang diletakkan di sebuah lapangan luas di kota Hanzhou. Mereka jadi pionir sewa sepeda online, di mana peminat cukup melakukan scan kode QR dan jika sudah selesai, dapat meninggalkan sepeda di mana saja. Ofo membeli begitu banyak sepeda yang dapat dengan mudah ditemukan hampir di seluruh perkotaan China, kemudian juga di mancanegara. Foto: Reuters
Banyak dari sepeda Ofo yang mengalami kerusakan dan menambah beban bagi perusahaan. Foto: Reuters
Sebuah sepeda Ofo rusak tampak dibuang begitu saja di sebuah desa dekat ibukota Beijing. Foto: Reuters
Onggokan sepeda Ofo semacam ini sekarang semakin mudah ditemukan. Foto: Reuters
Sepeda Ofo kini banyak yang tak terawat. Jiang Zhe, seorang mahasiwa di Beijing mengatakan biasanya dia membayar sebulan untuk memakai sepeda Ofo, tapi belakangan sulit menemukan sepeda yang kondisinya masih bagus. Foto: Reuters
“Aku tak lagi memakai Ofo karena tak bisa menemukan sepeda yang bisa dijalankan,” kata Jiang. Foto: Reuters
Pada puncak ekspansinya, Ofo beroperasi di lebih dari 20 negara, dari Prancis, Australia sampai Amerika Serikat. Akan tetapi mereka dinilai coba membukukan pertumbuhan terlalu cepat. Tantangan pun menghadang, dari soal regulasi sampai kerusakan sepeda karena vandalisme. Foto: Reuters
Kini Ofo telah mundur dari beberapa pasar. Bahkan saking harus menghemat biaya operasional, sumber terkait menyebutkan Ofo menjual beberapa unit sepedanya dengan harga hanya USD 2 per buah. Foto: Reuters
Lusinan rival sempat muncul dan berguguran di China, hingga tersisa 3 pemain besar, yaitu Ofo sendiri, Mobike serta Hellobike. Sayangnya, mereka harus membakar begitu banyak uang sehingga meski populer, sukar meraih keuntungan. Foto: Reuters
Banyak yang pesimis Ofo dapat memutarbalikkan keadaan. “Susah bagi mereka kembali ke masa keemasannya, saya pikir itu takkan terjadi. Kebanyakan orang hanyalah menunggu saat-saat terakhir mereka,” kata mantan eksekutif Ofo. Foto: Reuters
Banyak yang pesimis Ofo dapat memutarbalikkan keadaan. “Susah bagi mereka kembali ke masa keemasannya, saya pikir itu takkan terjadi. Kebanyakan orang hanyalah menunggu saat-saat terakhir mereka,” kata mantan eksekutif Ofo. Foto: Reuters
Ofo pernah bernilai USD 2 miliar atau di kisaran Rp 28 triliun. Kini nasibnya sangat gawat. Foto: Reuters
Ofo pernah bernilai USD 2 miliar atau di kisaran Rp 28 triliun. Kini nasibnya sangat gawat. Foto: Reuters