Sosok Bocah Usia 10 Tahun yang Dilirik Google dan Microsoft

Samaira Mehta terlihat seperti anak berumur 10 tahun kebanyakan. Tapi siapa sangka, gadis yang tumbuh dan besar di Silicon Valley ini telah menjadi panutan bagi anak seumurannya karena kerjanya sebagai coder dan programer. Foto: Instagram
Mehta sendiri telah belajar coding sejak berusia enam tahun. Pada usia delapan tahun, dia menciptakan board game pertamanya, CoderBunnyz yang juga mengajarkan anak-anak tentang coding. Foto: Business Insider
Sejak saat itu, sepak terjang Mehta pun banyak diliput media dan ia sering menjadi pembicara di banyak konferensi di Silicon Valley. Foto: Business Insider
Mehta pertama kali mencuri perhatian ketika tampil di video buatan stasiun TV Cartoon Network yang mencari anak-anak kecil yang diprofilkan sebagai 'Powerpuff Girls' di dunia nyata. Setelah itu, Mehta yang juga menjabat sebagai CEO CoderBunnyz pun mulai muncul di berbagai media dan menjual board game buatannya di Amazon. Foto: Business Insider
"Kami telah menjual 1.000 kotak, jadi lebih dari USD 35.000 (Rp 531 juta) dan ini baru tersedia di pasar selama satu tahun," kata Mehta, seperti dikutip detikINET dari Business Insider. Foto: Instagram
Selain meluncurkan CoderBunnyz, dengan dibantu ayahnya yang merupakan teknisi Intel, Mehta juga menggunakan game ini untuk membentuk workshop coding bagi anak-anak usia sekolah. Foto: Instagram
Bersama sang ibu. Ia juga meluncurkan inisiatif 'Yes, 1 Billion Kids Can Code' yang memungkinkan orang-orang mendonasikan game ini ke sekolah-sekolah. Mehta pun membentuk workshop untuk membantu anak-anak di sekolah tersebut untuk menguasai game buatannya. Sampai saat ini, CoderBunnyz telah digunakan di 106 sekolah untuk mengajarkan coding ke anak-anak. Foto: Instagram
Saking suksesnya CoderBunnyz, Mehta pun berkolaborasi dengan adiknya yang masih berusia enam tahun untuk meluncurkan sekuelnya. Masih dalam bentuk board game, game yang disebut CoderMindz ini ingin mengajarkan anak-anak tentang coding menggunakan kecerdasan buatan (AI). Foto: Instagram
Dengan CoderMindz, anak-anak akan belajar prinsip-prinsip dasar AI seperti melatih model AI, inferensi dan adaptive learning. Keterampilan ini nantinya dapat digunakan anak-anak untuk membangun robot. Foto: Instagram
Meningkatnya popularitas CoderBunnyz, membuat Mehta menjadi semakin sering mengadakan workshop. Sejauh ini, ia sudah melakukan 60 workshop di Silicon Valley yang diikuti 2.000 anak. Foto: Instagram
Salah satu lokasi workshop ini adalah di markas Google yang bertempat di Mountain View, California, AS. Di situlah Mehta bertemu dengan Chief Culture Officer Stacy Sullivan yang menawarkan Mehta bekerja di Google. Foto: Instagram
"Setelah beberapa kali workshop di markas Google, kami berbicara selama satu jam. Ia berkata bahwa saya melakukan hal yang hebat dan setelah lulus kuliah saya bisa bekerja di Google," ujar Mehta. Mehta sendiri berkata kepada Sullivan bahwa ia tidak tahu apakah ia ingin bekerja untuk Google atau tidak. Mehta mengatakan, ia lebih suka menjadi seorang entrepreneurFoto: Instagram
Sullivan sendiri sangat terkesan dengan Mehta sampai menjadikannya salah satu pembicara utama di konferensi Diversity in Tech yang diadakan Google pada bulan Agustus. Selain Google, Mehta juga pernah berbicara di konferensi Women in Technology yang diadakan Microsoft. Foto: Instagram
Salah satu hobi lainnya, memanah. Mehta juga pernah bertemu dengan beberapa figur penting lainnya. Antara lain bertemu CEO Facebook Mark Zuckerberg saat Halloween. Saat itu, Mehta sedang 'trick-or-treating' di sekitar rumah Zuck. Foto: Instagram
Bersama orang tua dan adiknya. Sama seperti banyak jagoan Silicon Valley lainnya, Mehta juga tidak lupa akan kegiatan amalnya. Ketika bisnisnya mulai mendapatkan keuntungan, ia akan menyisihkannya untuk yayasan amal PATH yang membantu tunawisma. "Ini akan mengakhiri tunawisma dan membantu orang-orang membangun kembali keterampilannya, dan saya peduli dengan tunawisma," pungkasnyaFoto: Instagram