Mengintip Persiapan Mesin Pengais Konten Porno

Pihak Kominfo menyebut mesin sensor internet ini dengan nama AIS. Penyebutannya sendiri merujuk pada cara kerja mesin sensor internet tersebut crawling atau mengais. (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

Sebelum diserahterimakan dari PT INTI, mesin ini telah diujicobakan dan berfungsi dengan baik. Pihak Kominfo pun berani memastikan mesin ini siap untuk diaktifkan awal tahun nanti. (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

"Sejak kemarin mesin crawling atau mesin pengais konten negatif atau dinamakan AIS ini telah berfungsi. Dengan Mesin AIS ini, maka kita mendapatkan kecepatan dan volume yang besar dalam mengecek mana-mana konten negatif. Kemampuannya memberikan dokumentasi yang baik," kata Menkominfo Rudiantara. (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menjelaskan hasil pengujian mesin sensor. Disebutkan bahwa AIS telah bekerja efektif dalam mencari konten negatif, kemudian mengindentifikasi masuk kategori mana konten negatif tersebut. (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

Dikatakan pula, suatu konten negatif dapat dilihat langsung seberapa besar pengaruh atau dampaknya dalam dunia siber di masa mendatang. "Dalam tiga hari ini, mesin ini mampu mendeteksi sekitar 120 ribu situs porno dari Indonesia, itu hasil dari 1,2 juta alamat internet yang di-crawling. Bayangkan sementara yang berjalan dalam beberapa tahun ini, kami baru menapis 700 ribu lebih situs porno," ungkap Semuel. (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

Lebih lanjut, Semuel menegaskan kembali, AIS tidak hanya dimanfaatkan oleh Kominfo saja, melainkan dapat digunakan oleh lembaga pengatur sektor dalam mendukung pelaksanaan tugasnya. "Awal tahun 2018 mesin AIS akan diaktifkan untuk melakukan pencarian konten-konten negatif. Sekali Mengais, mesin ini dapat memberikan hasil berupa URL atau tautan yang bisa jutaan dan langsung mengklasifikasi," kata dirjen yang akrab dipanggil Semmy. (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

Kominfo mengatakan mesin sensor internet ini untuk pengembangan Trust+ yang ada di bawah unit Direktorat Keamanan Kementerian Kominfo. Nanti mesin sensor tersebut dimanfaatkan untuk penapisan konten negatif di internet. (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

Untuk diketahui mesin AIS merupakan hasil tender proyek pengadaan Peralatan dan Mesin Pengadaan Sistem Monitoring dan Perangkat Pengendali Situs Internet Bermuatan Negatif yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Oktober lalu. Tender ini kemudian dimenangkan oleh PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) yang menyisihkan 71 peserta lainnya. (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

Nilai pagu paket mesin sensor internet ini mencapai Rp 211.872.500, sementara untuk nilai Harga Perkiraan Sendiri (HPS) tercatat sebesar Rp 211.870.060.792. Sedangkan, PT Inti menang lelang dengan memberikan harga penawaran Rp 198.611.683.606 dan harga terkoreksi Rp 194.059.863.536 dengan skor 70 dan skor akhir 94. (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

Saat ini mesin AIS telah diserahterimakan dari PT INTI kepada Kominfo. Proses serah terima sendiri berlangsung di Gedung Kominfo, Jumat malam (29/12/20). Pusat pengoperasian mesin ini dipusatkan di sebuah ruangan bernama Cyber Drone 9 di lantai 8 Gedung Kominfo.  (Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto)

Foto: detikINET/Agus Tri Haryanto