Aksi Eurofighter Typhoon dan Kebohongan Dwi Hartanto

Eurofighter adalah jet tempur yang dikembangkan mulai tahun 1983 melalui program Future European Fighter Aircraft. Foto: Getty Images

Ia merupakan hasil kolaborasi multinasional dari negara-negara maju di Eropa, yakni Inggris, Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol. Foto: Getty Images

Dalam perjalanannya, Prancis terpaksa mengundurkan diri karena perselisihan soal wewenang desain dan persyaratan operasional dalam konsorsium. Mereka memilih mengembangkan jet tempur sendiri bernama Dassault Rafale secara independen. Foto: Getty Images

Setelah melakukan penyempurnaan, prototipe terakhir Eurofighter berhasil mengudara pada 27 Maret 1994. Ia mulai beroperasi efektif sejak tahun 2003. Foto: Getty Images

Jet tempur ini memiliki mesin ganda, sayap canard-delta, dan dapat digunakan untuk berbagai fungsi. Dia dapat melesat sampai 2.475 kilometer per jam. Foto: Getty Images

Eurofighter Typhoon yang sangat lincah ini terutama dirancang sebagai air superiority fighter atau jenis pesawat yang bisa memasuki dan merebut wilayah udara musuh.Foto: Getty Images

Eurofighter Typhoon pertama kali terjun ke medan perang di tahun 2011, dalam misi yang dilancarkan angkatan udara Inggris ke Libya. Foto: Getty Images

Versi terbarunya makin canggih, di mana senjatanya makin ganas. Termasuk misil Storm Shadow yang dikembangkan Inggris, Perancis dan Italia. Foto: Getty Images

Dwi sendiri mengklaim turut dalam tim yang mengembangkan generasi selanjutnya Eurofighter Typhoon. Termasuk juga teknologi dan persenjataannya yang semakin canggih. Tapi belakangan terbongkar kalau semua klaimnya hanya mengada-ada. Foto: Getty Images

Selain Angkatan Udara di negara-negara Eropa, Eurofighter Typhoon juga dipakai Angkatan Udara Arab Saudi, Oman dan Kuwait. Foto: Getty Images

Satu unitnya dijual mulai 90 juta euro. Foto: Getty Images

Sampai Juni 2017, ada 510 unit Eurofighter Typhoon telah diproduksi. Foto: Getty Images

Foto: Getty Images

Foto: Getty Images

Foto: Getty Images