Rencana pemerintah menurunkan biaya interkoneksi seluler dari Rp 250 menjadi Rp 204 per menit mendapat penolakan keras dari kalangan mahasiswa di timur Indonesia.
Menurut Muhammad Zen Weil, juru bicara Koalisi Mahasiswa Indonesia Timur Mengawal Nawacita, mereka khawatir kebijakan itu malah menghambat pertumbuhan jaringan telekomunikasi di wilayahnya.
"Kami meminta pemerintah jangan sampai diintervensi oleh operator telekomunikasi asing yang punya kepentingan langsung terhadap penetapan kebijakan interkoneksi," ujar Weil, yang juga koordinator Komitmen wilayah Maluku dan Papua, dalam keterangannya, Selasa (18/10/2016) di Jakarta.
Menurut Weil, pemerintah dalam menetapkan biaya baru interkoneksi, selain harus menghindari kerugian negara, juga harus menghindari dampak negatif jangka panjang bagi masyarakat.
Berdasarkan hasil pertemuan para operator telekomunikasi dengan Komisi I DPR RI pada 25 Agustus 2016 lalu, diketahui biaya interkoneksi tiap-tiap operator telekomunikasi tidak sama. Telkom Group Rp 285 permenit, XL Axiata Rp 65, Indosat Ooredoo Rp 86, Hutchison 3 Indonesia Rp120, dan Smartfren Telecom Rp 100.