Waduh, Pengguna iPhone dan Android di AS 'Bentrok'

Di negara tempat Apple lahir, iPhone menjadi suatu fenomena. Mereka yang tidak menggunakan iPhone dianggap kolot, miskin, dan kuno. Fenomena ini merujuk pada pengguna Android di Amerika Serikat (AS), mereka menjadi yang paling merasakan dampaknya.

April lalu, seorang netizen bernama Abdoul Chamberlain memposting video provokatif yang mengejek pengguna Android. "Kamu masih punya 'Droid' di tahun 2023? Umur kamu pasti 50 tahun," sebutnya.

Di sekolah di AS, pengguna Android akan kesulitan bila bergaul dengan pengguna iMessage di iOS. Pasalnya, fitur yang hanya berlaku bagi pengguna iPhone itu tidak akan muncul di ponselnya.

Hal ini membuat gambar kualitas tinggi, tanda terima baca, indikator pengetikan, dan banyak fitur lainnya menghilang atau tidak dapat digunakan. Bahkan, teks yang muncul di grup akan berupa teks berlatar belakang hijau bagi pengguna Android, sedangkan latar bagi para pengguna iPhone berwarna biru.

Dikutip detikINET dari Statcounter, iOS memimpin pangsa pasar smartphone di AS dengan selisih 47% sampai 57% dibandingkan Android. Sebuah penelitian tahun lalu oleh perusahaan investasi AS Piper Sandler terhadap 7.100 remaja, menunjukkan bahwa 87% remaja di AS memiliki iPhone. Dengan presentase yang sama, para remaja ini berencana untuk membeli iPhone terbaru.

Google yang telah menciptakan sistem semacam iMessage untuk Android pun harus tutup mata melihat data tersebut. Rich Communication Services (RCS), demikian nama sistem tersebut, memiliki fitur indikator pengetikan, tanda terima baca, gambar berkualitas tinggi, dan latar belakang teks berwarna biru. Walau tidak kalah canggih, platform ini hanya bisa digunakan oleh pengguna Android yang jumlahnya tak seberapa di AS.

Fenomena ini memang belum sampai pada bentrokan fisik. Namun, perlu kalian ketahui bahwa masih ada banyak ponsel Android yang lebih mahal dan berkualitas dari iPhone.

*Artikel ini ditulis oleh Khalisha Fitri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.