Remaja Ngaku Di-Brainwash TikTok Jadi Transgender, Kembali Jadi Gadis

detikcom - detikInet
Kamis, 13 Jul 2023 21:00 WIB
Seorang remaja mengaku TikTok 'mencuci otaknya' untuk menjadi seorang transgender. Ash Eskridge yang saat itu berusia 12 tahun dan mengalami depresi, mulai goyah untuk mengubah identitasnya. Foto: Ash Eskridge
Jakarta -

Seorang remaja mengaku TikTok 'mencuci otaknya' untuk menjadi seorang transgender. Ash Eskridge yang saat itu berusia 12 tahun dan mengalami depresi, mulai goyah untuk mengubah identitasnya.

"Aku melihat video-video TikTok dari para influencers yang mengatakan bagaimana transisi menyelamatkan kehidupan mereka," tutur Eskridge yang kini berusia 16 tahun.

"Aku berjuang dan ingin menyelamatkan hidupku juga," lanjutnya.

Ash menuturkan dia menghabiskan waktu berjam-jam menggulirkan layar di aplikasi TikTok untuk menghilangkan perasaan buruk yang dia alami. Kala itu, hashtag viral seperti #transgender dan #trans mendapatkan banyak perhatian, bahkan mendapatkan jumlah tontonan sebanyak 59,6 miliar kali. Sampai akhirnya, Eskridge mengaku mulai 'tercuci otak' untuk bertransisi.

"Menjadi transgender jelaslah sebuah tren TikTok yang bermula sekitar tahun 2020. Aku menyadari demografi yang paling terdampak adalah remaja perempuan berkisar 12-14 tahun, yang mana mereka paling rentan karena belum dewasa," ucap Eskridge.

Setelah memutuskan untuk bertransisi menjadi remaja laki-laki, keluarga Eskridge sebenarnya cukup mendukung. Meski bingung, mereka mengizinkan Eskridge untuk menjalani terapi hormon testosteron dan mengganti namanya menjadi Greysen.

Tapi, berjalannya waktu, dia justru merasa perubahan suara dan tubuhnya terasa 'tidak natural'. Dia pun merasa tidak nyaman dengan keadaannya. Perlahan, Eskridge mulai merindukan menjadi seorang remaja gadis.

"Titik balikku adalah ketika aku bermimpi aku dulunya seorang perempuan. Aku berpikir 'aku nggak bisa melakukannya lagi'," katanya.

Eskridge pun membagikan pemikirannya soal transgender remaja di TikTok. Menurutnya, kemungkinan hanya '1% remaja trans di TikTok yang benar-benar trans dan sisanya dipengaruhi'.

Melansir NY Post, menurut penelitian Pew Research Center tahun 2022, TikTok berdampak besar pada hingga 67% remaja berusia 13 hingga 17 tahun. Sebuah studi tahun 2021 tentang pengaruhnya yang dilakukan oleh Shanghai United International School di China, menemukan bahwa ruang digital mengandung 'konten berlebihan' yang membentuk nilai remaja dengan cara yang menyesatkan.

Faktanya, penelitian tahun 2022 dari Williams Institute dari California University bersama Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengungkapkan jumlah anak muda yang mengidentifikasi diri sebagai transgender di AS meningkat hampir dua kali lipat sejak 2017, menjadi sekitar 300.000.

Sementara itu, penelitian lain mengenai detransisi (kembali ke gender awal) mengungkapkan bahwa hingga 86% orang dewasa trans merasa bahwa transisi adalah keputusan jangka panjang yang tepat bagi mereka.

Menurut studi Fenway Institute dan Massachusetts General Hospital, sekitar 13% orang yang menjalani transisi mengatakan bahwa mereka pada titik tertentu mengalami detransisi. Sebagian besar dari mereka, tepatnya sebanyak 82,5%, mengutip faktor eksternal seperti tekanan keluarga atau kesulitan mencari pekerjaan sebagai alasan mereka melakukan detransisi.

Penelitian tersebut juga melaporkan bahwa hanya 2,4% dari 17.151 orang trans yang diwawancarai mengalami detransisi karena 'keraguan' tentang identitas gender mereka. Survei tahun 2018 lainnya mencantumkan alasan termasuk komplikasi hormon, masalah psikologis yang belum terselesaikan hingga diskriminasi sebagai alasan mereka melakukan detransisi.



Simak Video "Video: Trump Bicara Kemungkinan Menyelamatkan TikTok di AS"

(ask/ask)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork