NFT dan Metaverse, Sekadar Hype atau Bakal Berkembang di RI?

Aisyah Kamaliah - detikInet
Selasa, 20 Sep 2022 21:42 WIB
Kantor Meta di Indonesia (Foto: Aisyah Kamaliah/detikcom)
Jakarta -

NFT dan metaverse sedang naik daun di dunia. Pertanyaannya, apakah NFT dan tools metaverse lainnya hanya akan menjadi 'hype' sementara di Indonesia atau ada potensi untuk berkembang? Hal ini dijawab oleh Edy Widjaja Partner Bain & Company ketika memaparkan hasil studi SYNC Asia Tenggara Meta dan Bain & Company di kantor Meta, Selasa (20/9/2022).

Menurutnya, dari hasil survei kepada orang yang sudah menjajal virtual reality (VR), ia melihat adanya potensi tren yang berkelanjutan. Kata Edy, VR akan makin sering digunakan di kemudian hari.

"Sebanyak 22% responden yang pernah mencoba VR, kebanyakan mengatakan dalam 3 bulan ke depan akan lebih sering menggunakannya," ujarnya.

Meskipun masih dalam tahap awal, metaverse adalah salah satu dari sejumlah teknologi masa depan yang mendapatkan tempat di Asia Tenggara. Tercatat, teknologi terkait metaverse telah mengalami penetrasi yang dalam dari konsumen digital di Indonesia, dengan 69% responden telah menggunakan teknologi tersebut di tahun lalu. Cryptocurrency pun memimpin dalam ruang ini dengan persentase 44% dan diikuti oleh augmented reality (AR) sebesar 31%.

Pieter Lydian Country Director Meta Indonesia mengatakan dalam forum yang sama bahwa adaptasi teknologi pada dasarnya memiliki siklus.

"Tak hanya orang Indonesia yang suka hype, semua orang di dunia seperti itu. Kalau ada sesuatu yang baru, percobaan akan dilihat untuk melihat value-nya. Setelah melihat value-nya, ada yang drop. Semua teknologi seperti itu," ucap Pieter.

Ketika teknologi dikembangkan dan sudah matang, kemudian dipadukan dengan nilai baik yang ditawarkan, produk teknologi tersebut bisa bertahan. Dengan catatan, empat faktor lainnya mendukung. Empat faktor tersebut antara lain platform, perangkat, kreator dan konektivitas.

"NFT lahir dari salah satu problem kita di dunia maya, IP-nya jadi jelas. Kreator Indonesia kan makin aktif jika pasarnya ada. Awal-awal pasar NFT hanya orang-orang yang ngerti, setelah NFT kita tempel di Instagram masyarakat jadi 'oh, NFT bisa seperti ini'," lanjut Pieter.

Menyoal metaverse, Pieter pun melihat adanya nilai yang terdapat pada teknologi ini. Komponen tersebut adalah bahasa tubuh yang memang penting dalam komunikasi. Perangkat seperti smartphone tidak cukup untuk menyediakan ini, karenanya dengan paduan AR dan VR, ini bisa terpenuhi lewat metaverse.

"Membangun metaverse memang butuh step by step," tandasnya.



Simak Video "Video: Meta Hadirkan Aplikasi Meta AI, Saingi ChatGPT?"

(ask/fyk)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork