Kata Cisco Soal Tren Teknologi 2024 di Indonesia

Anggoro Suryo - detikInet
Minggu, 21 Jan 2024 16:05 WIB
Foto: Dok. Cisco
Jakarta -

Ketersediaan tool generative AI untuk publik pada tahun 2023 telah menciptakan perhatian lebih besar terhadap peluang baru AI, yang akan semakin cepat di tahun baru ini.

Lalu, pasar generative AI di Indonesia diperkirakan akan mencapai USD 212,6 juta pada 2023 dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 27%. Di tahun mendatang, perusahaan-perusahaan di Indonesia harus bisa menyertakan AI ke dalam organisasi mereka secara efektif, sekaligus menangkap peluang dari tren-tren baru lainnya untuk mendorong pertumbuhan bisnis mereka.

Berikut beberapa tren utama dalam bisnis dan teknologi yang akan membuka era baru bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dan cara untuk mengimplementasikannya:

AI berubah dari "nice to have" menjadi "must have
Industri AI, yang diharapkan akan tumbuh dari USD 95,60 miliar menjadi USD 1,8triliun pada tahun 2030, akan jadi salah satu pendorong utama ekonomi dunia di dekade berikutnya. Namun, Perusahaan-perusahaan belum sepenuhnya siap memanfaatkan peluang ini.

AI Readiness Index tahunan Cisco mengungkapkan bahwa hanya 1 dari 5 (20%) organisasi di Indonesia yang benar-benar siap untuk menjalankan dan memanfaatkan AI, dengan 68% mengakui kekhawatiran besar mengenai dampaknya terhadap bisnis jika mereka gagal mengambil langkah dalam 12 bulan mendatang.

Namun untungnya hampir semua (99%) organisasi sudah memiliki strategi AI yang kuat atau sedang dalam proses untuk mengembangkan strategi tersebut. Namun mereka tetap harus memastikan kesiapannya untuk AI dan menumbuhkan talenta yang kuat.

Adopsi AI yang bertanggung jawab dan etis akan dimulai dengan tata kelola yang didukung oleh kepercayaan dan transparansi

AI menjanjikan keuntungan transformatif tetapi dalam pengadopsiannya penuh dengan risiko yang menuntut berbagai organisasi untuk memiliki kerangka kerja kebijakan dan protokol yang kuat untuk memandu pengelolaan data dan sistem AI yang etis dan bertanggung jawab.

Privasi data adalah risiko utama, dengan hanya satu pertiga responden di Indonesia mengatakan mereka memiliki kebijakan dan protokol AI yang sangat menyeluruh. Bias adalah sebuah risiko lain, karena 14% organisasi tidak memiliki mekanisme sistematis untuk mendeteksi bias data.

Ketika dampak AI meningkat, kerangka peraturan akan terus berkembang, sehingga mengharuskan berbagai perusahaan untuk tetap update dengan peraturan setempat dan internasional yang relevan, dan menerapkan kebijakan-kebijakan internal di waktu yang tepat, untuk mengatasi masalah privasi dan keamanan data, serta penggunaan teknologi AI yang bertanggung jawab dan etis.

Perusahaan yang mengembangkan aplikasi AI harus mempertimbangkan untuk membenamkan keamanan, privasi dan kepercayaan berdasarkan proses desain di seluruh siklus pengembangan inovasi mereka dan aplikasinya dalam produk, layanan dan operasional perusahaan.




(asj/rns)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork